Pemimpin Yang Dijanjikan
Ust. Husein Al-Kaff

Pak Sukiman yang telah bertahun-tahun tinggal bersama istri dan anaknya pada sebuah rumah yang sempit dan berhimpitan dengan rumah para tetangganya. Kini ia terdiam menatap masa depannya yang belum pasti.
Seonggok perabotan rumah dan barang-barang milik pribadinya bertumpuk di luar, diterpa sinar matahari dan ditimpa curahan air hujan. Apa yang terjadi pada keluarga pak Sukiman ?
Dia baru saja dipaksa keluar oleh oknum petugas yang tidak bertanggung jawab, dengan alasan rumahnya harus dijual dan kena gusuran pembangunan sebuah gedung yang kekar dan mencakar langit, yang akan dibangun di atas tanahnya tersebut.
Sebelumnya terjadi perang mulut antara dia dengan para petugas tersebut. Pak Sukirman pada dasarnya menerima keharusan rumahnya digusur demi kepentingan umum. Akan tetapi, ia meminta ganti rugi yang layak. Namun ternyata rumahnya dihancurkan dengan tanpa mendapatkan ganti rugi seperti yang ia inginkan.
Malang benar nasibmu wahai pak Sukiman ! Meski pak Sukiman menelan rasa pahit kehidupan sebagai orang kecil yang tidak berdaya, namun dia sedikit merasa terhibur. Lantaran dia tidak sendirian. Masih ratusan orang di negeri ini yang mengalami hal serupa. Sepahit-pahitnya kehidupan, akan menjadi ringan jika dipikul bersama. Begitulah pikir pak Sukirman.
Setefanus, Uray dan kawan-kawannya mungkin hangus terpanggang oleh si jago merah yang melahap hutan luas di Irian Jaya dan Kalimantan. Mata pencaharian orang-orang yang tinggal di sekitar hutan, habis dan hangus. Entah bagaimana mereka akan menyambung kehidupan selanjutnya ?
Para penjual jasa dengan tenaganya harus rela meninggalkan keluarga dan kampung halamannya menuju tempat yang nun jauh di sana, demi mewujudkan impian mereka.
Mereka berusaha dengan meminjam ke sana ke mari, untuk menyediakan biaya dan segala keperluan pemberangkatannya ke daerah baru tersebut.
Mereka lugu dan sederhana. "Saya ingin bekerja sekarang ini," sahut Sumirah binti Samadikun. "Saya ingin kerja di Arab Saudi, biar sekalian dapat naik haji," timpal Muthiah berharap.
Lain dalam alam khayal, lain pula dalam alam nyata. Tidak sedikit dari mereka yang diperlakukan seperti budak dan pemuas hasrat nafsu birahi. Bahkan sebagian dari mereka ada yang diperas dan dinodai kehormatannya sebelum berangkat ke luar negeri.
Misalnya Mat Syafei, karena satu dan lain hal dia menjual tanah yang ia warisi dari ayahnya, dengan segepok uang bernilai 700 juta rupiah.
Sebagian kecil darinya, dia pakai untuk naik haji bersama istrinya. Sementara sisanya dia simpan di sebuah Bank yang akhir-akhir ini terkena likuidasi. Habislah uangnya begitu saja, tanpa arti.
Semua peristiwa di atas, adalah kasus-kasus sosial yang menyesakkan dada. Jeritan hati wong cilik akibat penindasan, merebak di seantero dunia. Orang-orang bijak atau orang yang menaruh rasa peduli pada kemanusiaan, hanya bisa mengelus dada dan bersuara. Namun, suara mereka tidak sampai ke telinga para jagoan dan gladiator yang bercokol di balik benteng-benteng kekuasaan. Suara mereka tidak tembus ke dalam hati sanubari kaum kapitalis, yang rakus dan tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan.
Mereka orang-orang yang tak berdaya. Hari-hari mereka terus terancam. Mereka resah dan gelisah. Mereka bingung, hendak ke mana gerangan dan kepada siapa akan berlindung serta minta pertolongan ?
Wakil-wakil mereka di Parlemen sudah berubah dari fungsinya sebagai wakil rakyat, menjadi sekelompok manusia yang datang ke Parlemen hanya sekedar untuk mendengarkan program-program pemerintah yang telah ditunggangi segelintir konglomerat, seraya mereka mengaminkannya.
Penggusuran, perampasan, perkosaan, pembunuhan dan perbuatan-perbuatan kriminal lainnya, selalu menghantui setiap rumah, setiap orang dan setiap keluarga. Dunia tidak lagi aman. Dunia makin sadis dan kejam. Si kuat makin sulit mengalah, sementara yang miskin terus dipaksa harus mengalah kepada si kuat.
Kasus-kasus seperti ini tidak hanya terjadi di negeri persada yang kita cintai ini. Akan tetapi di negeri-negeri lain pun hal itu terjadi. Mungkin dengan bentuk yang sama, atau berbeda sama sekali.
Selagi obsesi dan ambisi manusia berupa kepuasan materi dan kebutuhan-kebutuhan fisik, maka nilai-nilai kemanusiaan dengan sendirinya tergilas.

Janji Allah
Kita selaku umat yang beriman kepada Allah Swt. dan berkeyakinan, bahwa Dialah Dzat yang Maha Adil, Maha Pengasih lagi Penyayang, merasa terhibur dengan janji-janji Allah yang tidak mungkin diingkari-Nya.
Dalam sejumlah ayat Al-Qur'an, Allah menjanjikan bahwasanya pada akhirnya kelak bumi ini akan diwariskan dan dikuasai oleh orang-orang baik, adil dan bertaqwa.
Allah Swt. berfirman, "Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, dan Kami hendak menjadikan mereka sebagai pemimpin dan akan mewarisi bumi ini." (QS. Al-Qashash ayat 5).
Ayat di atas secara kontekstual menceritakan tentang orang-orang Yahudi yang ditindas Fir'aun, dan Allah menjanjikan kepada mereka nanti untuk menjadi pemimpin dan pewaris bumi.
Meskipun demikian, maksud ayat tersebut tidak dibatasi dengan peristiwa yang dialami bangsa Yahudi waktu itu saja, karena ayat ini ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang tertindas dan diperlakukan zalim, suatu saat nanti akan menjadi penguasa dan pemimpin di atas bumi ini. Jadi ayat tersebut menyatakan, bahwa yang akan menjadi pemimpin dan pewaris bumi adalah orang-orang yang tertindas.
Pada ayat lainnya Allah berfirman, "Sesungguhnya, bumi ini akan diwarisi hamba-hamba-Ku yang shaleh." (QS. Al-Anbiya, 105).
Ayat tersebut dengan jelas menyatakan, bahwa bumi ini akan diwariskan kepada orang-orang yang baik dan shaleh. Jadi yang akan mewarisi dan menguasai bumi, pada akhirnya adalah orang-orang yang shaleh.
Dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 55, Allah berfirman,
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman dan beramal kebaikan di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
Dan sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menggantikan keadaan mereka aman setelah mereka ketakutan."
Ayat di atas menjelaskan, bahwasanya Allah berjanji akan menyerahkan kekuasaan atas bumi ini kepada orang-orang yang beriman dan beramal kebaikan. Beranjak dari tiga ayat di atas dan keimanan, tampak bahwa Allah tidak akan melanggar janji-Nya.
Kita selaku kaum muslim yakin, bahwa penderitaan, penindasan dan kezaliman akan berakhir, dan dunia ini akan berada di bawah kepemimpinan orang-orang yang bijak dan shaleh, sehingga pemerataan keadilan dan kedamaian akan tegak.
Andaikata kita amati dengan baik, bahwa kekuasaan dan kepemimpinan akan diserahkan kepada orang-orang tertindas, orang-orang shaleh, orang-orang beriman dan beramal kebaikan. Tiga kriteria tersebut harus ada pada diri seorang pemimpin yang akan mewarisi bumi dan memimpin dunia sesuai dengan janji Allah.

Kriteria-kriteria pemimpin yang Allah Janjikan
Ada tiga kriteria yang harus ada pada seorang calon pemimpin yang Allah janjikan, yaitu tertindas, beramal baik dan beriman.
Maksud tertindas pada pemimpin yang Allah janjikan, adalah seorang yang selama hidupnya selalu mengalami penindasan, tekanan, dan penderitaan. Sedangkan yang dimaksud beramal baik, adalah pemimpin tersebut akan menebarkan persaudaraan, kedamaian dan keadilan kepada seluruh umat manusia.
Adapun maksud dari beriman, adalah dia bukan seorang yang materialis dan kapitalis, yang hanya berusaha memuaskan kebutuhan fisik saja. Bahkan sebaliknya, ia mengajak manusia agar menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan menyadarkan manusia bahwa kehidupan tidak hanya di dunia ini saja, tetapi di hari kemudian juga. Oleh karenanya pemimpin yang dijanjikan, adalah pemimpin yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Siapakah pemimpin yang dijanjikan itu ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita tidak perlu mereka-mereka, karena jawabannya dapat kita peroleh dengan mudah dari keterangan hadis-hadis Nabi Muhammad Saaw. Hadis Nabi, sebagaimana fungsinya sebagai penjelas Al-Qur'an, menjelaskan tentang siapa pemimpin yang Allah janjikan itu.
Dalam banyak kitab Hadis dari kalangan Ahlu Sunnah dan Syi'ah disebutkan, bahwa pemimpin yang dijanjikan itu adalah Imam al-Mahdi al-Muntadzar. Di sini akan kami sebutkan sebagian kecil dari Hadis-Hadis tentang al-Mahdi al-Muntadzar.
Ahmad, Turmudzi, Abu Daud dan Ibnu Majah meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah Saaw bersabda, "Sekiranya dunia ini hanya tinggal sehari saja, niscaya Allah mengutus seorang manusia dari keluargaku (keturunanku) yang akan memenuhi dunia dengan keadilan, setelah dunia dipenuhi kezaliman." (Kitab Is'af ar-Raghibin).
Rasulullah Saaw bersabda, "Di akhir zaman kelak, akan keluar seorang dari keturunanku, namanya seperti namaku dan julukannya seperti julukanku. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi kezaliman. Itulah al-Mahdi." (Kitab Tadzkirah al-Khawwas, 204).
Rasulullah Saaw bersabda, "Barangsiapa mengingkari keluarnya al-Mahdi, maka dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan barang siapa mengingkari tentang kemunculan Dajjal, maka dia telah kufur." (Kitab Faraid as-Simthain).
Menurut Abu Said al-Khudri, Rasulullah Saaw bersabda, "Sampaikanlah kabar gembira tentang al-Mahdi. Sesungguhnya dia akan datang di akhir zaman ketika terjadi kesulitan dan gempa. Allah akan menebarkan keadilan dan kedamaian melalui al-Mahdi di muka bumi ini." (Kitab Dalail al-Imamah, 171).[]