BULETIN AL-JAWAD [edisi ke-13/tahun xi/rabiul akhir1422 hijriah]

DI HARI KIAMAT SELURUH MANUSIA AKAN DITANYA EMPAT HAL
Ustadz Husein Alkaff

Pada kesempatan malam ini, ada baiknya kita menyimak sabda-sabda orang-orang suci, khususnya Rasulullah Saww. Ucapan beliau merupakan petunjuk untuk kita semua. Kata-kata beliau adalah cahaya kenabian yang menyinari jalan di tengah kegelapan dunia. Sebaik-baiknya masalah dan bahasan yang kita bicarakan dan kita resapi pada malam ini, adalah kita mengingat kembali dan mempelajari sabda-sabda Rasulullah Saww dan mutiara-mutiara yang keluar dari bibir beliau Saww. Kita yang mengaku sebagai pengikut beliau adalah penting untuk selalu mengingat kembali pesan-pesan yang diberikan oleh Rasulullah Saww.

Tentu kita sadar bahwa alangkah banyaknya petuah-petuah dan pesan-pesan yang di berikan untuk kita semuanya demi kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat. Beliau adalah seorang Nabi yang sangat cinta dan sayang kepada umatnya. Kita berharap agar kita semua bisa bersama beliau menikmati telaga kautsar yang Allah janjikan untuk beliau.

Beberapa hari yang lalu kita memperingati hari kelahiran Rasulullah Saww. Kita berusaha agar peringatan-peringatan semacam itu tidak berlalu begitu saja tanpa kita meresapi dan merenungkan segala apa yang beliau pesankan untuk kita semuanya. Hal itu sebagai hak beliau dan sekaligus sebagai kewajiban kita terhadap Rasulullah Saww.

Dari sekian banyak karunia dan kenikmatan yang Allah Swt. berikan kepada umat manusia, kehadiran Rasulullah Saww. di tengah mereka merupakan karunia Allah Swt. (luthf) yang paling besar. Karunia yang lebih besar dari yang kita pahami atau kita bayangkan. Beliau adalah insan kamil, seorang yang sempurna, sementara kita adalah manusia yang sangat kurang.

Tidak mungkin kita yang terbatas ini dapat meliputi sesuatu yang tak terbatas. Adalah Rasulullah Saww telah sampai kepada maqam yang sangat tinggi sekali. Ketika mi'raj, beliau sampai mendekati maqam yang sangat tinggi, yang tidak bisa diikuti oleh malaikat Jibril sekalipun. Hanya beliaulah yang bisa sampai ke puncak yang sangat tinggi. Kenyataan itu menunjukkan ketinggian dan kehebatan maqam Rasulullah Saww. Tidak mungkin manusia seperti kita dapat mengungkapkan segala kehebatan dan keutamaan yang ada pada diri Rasulullah Saww. Selama ini kita hanya kenal nama beliau saja, " Muhammad bin Abdillah ". Kita hanya mengetahui sejarah beliau saja; kapan beliau lahir dan wafat. Kita hanya mengetahui, siapa putra-putri beliau, dan bagaimana beliau berjuang. Selain itu, kita tidak mengetahui siapa Rasulullah Saww. itu sebenarnya. Jadi, yang kita ketahui hanya kulitnya saja.

Pada kesempatan kali ini, kita berusaha sedikit demi sedikit mempelajari kembali pesan-pesan yang dibawa oleh Rasulullah Saww. Ada sebuah hadis yang insya Allah ada manfaatnya buat kita semua, yang berbunyi : "Di saat hari kiamat tiba, sebelum kaki manusia beranjak, maka akan dipertanyakan empat pertanyaan. Seluruh manusia akan dipertanyakan oleh Allah dengan empat pertanyaan dan mereka harus menjawab empat pertanyaan ini. Namun yang akan menjawab empat masalah ini bukan lisan manusia, tetapi sikap dan tindak-tanduk mereka selama di dunia, karena pada hari itu lisan manusia akan ditutup." Yang akan berbicara adalah anggota badan lainnya selain lisan. Apa pertanyaan yang akan Allah sampaikan kepada kita ? Pertama, adalah tentang usia. Usia atau umur adalah sebuah anugerah yang Allah berikan kepada manusia. Usia ini akan dimintai oleh Nya pertanggung jawabannya. Kitapun harus menjawabnya, untuk apa kita pakai usia ini ? Apakah untuk hal-hal yang diperintahkan Allah Swt. ? Apakah kita pakai untuk ketaatan, kebaikan dan ketaqwaan ? atau justru sebaliknya kita pakai untuk hal-hal yang menjadikan Allah murka, kemaksiatan, kedurjanaan, kelalaian terhadap perintah-perintah Allah Swt dan larangan-larangannya.

Segala yang kita lakukan dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, sampai kita meninggal dunia, semua itu akan dipertanyakan oleh Allah Swt. Apa yang kita kerjakan selama hidup di dunia ini ?. Yang akan menjawab pertanyaan ini bukan lisan kita, tetapi anggota badan kita selain lisan. Andaikan kita selama hidup di dunia ini banyak mengerjakan kebaikan dengan ikhlas, maka kita akan menjawabnya dengan benar, karena di sana tidak ada kesempatan untuk berbohong dan berdusta kepada Allah Swt. Kedua, tentang bagian yang khusus dari usia manusia. Yaitu tentang masa muda. Kalau pertanyaan yang pertama sifatnya umum, sejak masa akil baligh sampai mati. Masa muda itu akan dipertanyakan secara khusus. Bagaimana seseorang melewatkan masa mudanya ?. Allah Swt. tidak akan mempertanyakan masa tua, atau bagaimana mengakhiri masa tuanya ? Allah Swt. tidak menanyakan masa kanak-kanak, tetapi masa muda. Karena masa muda adalah saat orang berada pada puncak ketegaran fisik dan kecerdasannya. Dalam usia muda, seseorang dapat mengerjakan banyak hal yang tidak mungkin dikerjakan oleh orang yang sudah tua karena fisiknya sudah lemah, dan anak kecil karena akalnya belum sempurna.

Ketika dia punya badan sehat, apakah dia gunakan untuk membantu fakir miskin ? Apakah dia menyantuni orang-orang yang perlu bantuan ? atau sebaliknya dia pakai untuk memukul orang-orang yang tak bersalah, bermain hura-hura, membuang waktu begitu saja, membuang tenaga untuk hal-hal yang sifatnya merugikan dia dan juga merugikan orang lain.

Ketika dia punya kecerdasan dan otak yang masih segar, apakah dia memikirkan hal-hal yang menguntungkan dan membahagiakannya di dunia dan di akhirat ? Apakah dipakai untuk belajar, untuk bertafakur atau tidak ? Atau kecerdasan itu, digunakan untuk hal-hal yang merugikan dia, dan memikirkan hal-hal yang tidak baik. Jadi masa muda masa yang sangat didambakan, yang diangan-angankan oleh orang yang sudah tua. Sebuah syair Arab mengatakan, "Duhai alangkah bahagianya aku, sekiranya masa muda kembali lagi padaku, maka akan kuberi tahu pada orang-orang tentang derita dan kesulitan masa tua."

Orang yang sudah tua senantiasa ingin muda kembali. Dia ingin berbuat hal yang banyak, karena ketika sudah tua, dia tidak mampu berbuat yang dia inginkan. Kita sekarang ini, alhamdulillah masih muda. Kesempatan yang sangat berharga sekali ini, harus kita lalui dengan kebaikan-kebaikan, mumpung kita dalam kondisi yang masih prima dalam segala hal, fisik dan kecerdasan. Itu pertanyaan kedua yang akan dipertanggung jawabkan, dan kita dituntut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ketiga, tentang nafkah, mai'syah, atau mata pencahariannya. Dari mana dia memperoleh kekayaan dan harta. Apakah dengan cara yang halal atau tidak ? Ketika dia berusaha mencari uang dengan cara yang halal sesuai dengan garis Islam, maka dia sangat beruntung sekali. Dia telah memperoleh harta yang halal. Atau sebaliknya, dia mencari harta dan bekerja dengan cara yang tidak sah, sehingga dia memperoleh harta yang haram dan makan barang yang haram. Sekarang ini, ada sebuah ungkapan yang sering kita dengar, " Jangankan mencari rizki yang halal, yang haram pun sulit ". Ungkapan ini muncul karena kekecewaan yang dalam terhadap apa yang terjadi di sekitar lingkungan kita dan karena keyakinan yang lemah terhadap janji Allah Swt. Yang Maha Pengasih dan Adil. Orang yang sungguh-sungguh berjuang dan berjihad di jalan Allah Swt, pasti diberi peluang olehNya. Memang benar, sekarang ini kolusi, korupsi, pencopetan, penipuan, pemalsuan dan lain sebagainya terjadi di mana-mana. Tapi sekiranya mempunuai niat yang ikhlas dan tawakal kepada Allah Swt. dalam mencari harta yang halal, pasti Allah akan memberi peluang kepada kita.

Setelah seseorang memperoleh harta dengan cara yang benar dan halal, lalu harta itu digunakan untuk apa ?. Apakah setelah dia memperoleh harta yang halal, dia gunakan untuk kepentingan pribadi saja yang berlebih-lebihan, atau juga disamping untuk kepentingan pribadi, dia membantu fakir-miskin yang membutuhkan dan memerlukannya. Terkadang seseorang mendapatkan uang yang halal berlimpah ruah, tetapi dia tidak mempunyai kepedulian sosial sehingga enggan membantu orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Ada sebuah syair dari Al- Imam Ali a.s., beliau berkata : "Anda sudah dikatakan sebagai orang yang sakit, ketika anda tidur dengan perut kenyang, sementara di sekitar anda terdapat perut-perut yang merindukan makanan."

Boleh jadi kita mendapatkan uang yang cukup sesuai dengan kebutuhan kita. Kita tidak dilarang untuk menikmati harta kekayaan yang Allah berikan kepada kita. Islam tidak melarang kita untuk menikmati rizki Allah. Kita ,malah, diperintahkan agar menikmati karunia Allah Swt., namun sekiranya ada kelebihan maka berikanlah kepada orang lain. Sekarang ini banyak orang yang kaya raya (konglomerat ). Mereka serakah sekali. Mereka tidak cukup dengan kekayaan yang dia miliki, dia berusaha terus membuka lapangan kerja, sehingga harta kekayaannya menumpuk, yang tidak hanya dinikmati oleh dia saja, tetapi juga dia berusaha agar kekayaannya dapat dinikmati oleh tujuh turunannya. Dengan demikian, mereka melupakan orang-orang yang digeser tanahnya, orang-orang yang hidup di kolong jembatan, anak-anak kecil yang berlari mengejar bis kota dengan pakaian compang-camping untuk menjual koran dan majalah sehingga mengorbankan pendidikannya. Mereka melupakan orang-orang tersebut. Kemudian, yang terakhir adalah pertanyaan yang lebih penting dari semua itu, yakni pertanyaan tentang kecintaan kita terhadap Ahlul Bait a.s. Mengapa kecintaan kepada Ahlul Bait dipertanyakan pada hari qiamat ?. Karena kecintaan kepada mereka sebagai parameter keimanan dan kesetiaan kepada Rasulullah Saww. Seorang muslim sudah bisa dipastikan mencintai Rasulullah Saww, namun untuk membuktikan sejauh mana kecintaannya itu benar dan sungguh-sungguh, maka bukti itu dinyatakan dengan kecintaan kepada keluarganya. AllahSwt.berfirman, " Katakanlah ( hai Muhammad )," Aku tidak meminta dari kalian upah atasnya ( dakwah Islam ini ) kecuali mencintai kepada keluargaku ".( QS. al Syura : 23 ) Selain ayat ini, banyak ayat lain yang mewajibkan kita untuk mencintai dan mengikuti Ahlul Bait a.s. dan juga hadis-hadis dari Rasulullah Saww. Hal itu menunjukkan pentingnya kedudukan mereka sebagai penerus dan pengganti fungsi kenabian. Hadis-hadis tentang pentingnya kedudukan mereka tertulis dalam berbagai kitab hadis, seperti, kitab Shohih Bukhari, Shohih Muslim, Musnad Ahmad bin Hanbal dan lain sebagainya.

Pertanyaan tentang Ahlul Bait a.s. tentu berkisar pada masalah ketaatan dan keikut sertaan manusia dengan mereka. Kenyataan sejarah kaum muslimin menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang meninggalkan Ahlul Bait a.s., bahkan ada pula yang memusuhi Ahlul Bait. Rasulullah Saww. berkali-kali mengingatkan kaum muslimin tentang Ahlul Bait a.s. dengan mengatakan, " Allah, Allah, ( hati-hati )terhadap keluargaku. Janganlah kalian mendahului mereka atau menjauhi mereka, maka kalian akan tersesat ".

Jadi cinta kepada Ahlul Bait itu termasuk soal dan pertanyaan yang akan Allah ajukan kepada kita semuanya. Oleh karena itu, kita berusaha untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Ahlul Bait dan berusaha untuk berada di belakang mereka. Kita berusaha agar seperti Salman Al-Farisi yang secara batin dan lahir selalu mengikuti Ahlul Bait a.s.

Ada sebuah cerita yang menarik untuk kita perhatikan. Ketika Imam Ali a.s. hidup di Kufah, beliau selalu menjadi imam shalat subuh di masjid Kufah. Dan Salman Al-Farisi selalu berdiri di belakang Imam Ali a.s. Kemudian seorang sahabat beliau iri hati ingin berdiri di belakang beliau. Untuk itu, dia berusaha berangkat ke mesjid sedini mungkin agar dapat sholat dibelakang Imam Ali a.s. Sesampainya di depan mesjid, dia senang bahwa di mesjid hanya ada seorang saja, dan itu pasti Imam Ali a.s. Karena waktu itu, teras mesjid masih berupa tanah sehingga pijakan orang yang jalan akan meninggalkan bekas.

Maka dengan senang hati dia masuk ke masjid dengan harapan besar dapat sholat di belakang Imam Ali a.s. Tetapi, ternyata Salman al Farisi sudah berada di belakang Imam Ali a.s.?. Lalu orang itu menanyakan tentang dari mana Salman masuk ke mesjid. Salman menjawab bahwa dia datang dengan cara melangkahkan kakinya di atas bekas telapak kaki Imam Ali a.s., karena dia yakin bahwa bekas telapak kaki Imam Ali a.s. pasti diridhoi Allah Swt.

Sampai sejauh itulah Salman mengikuti Ahlul Bait. Oleh karena itu, Rasulullah Saww. pernah bersabda, " Salman minna Ahlal Bait ".( Salman termasuk dari kami, Ahlul bait ). Hal itu, karena kecintaan dan ketaatan beliau kepada Rasulullah Saww. dan Ahlul Baitnya a.s. Kita selama ini baru mengenal Ahlul Bait a.s. sebatas sejarah mereka saja, tetapi selain itu kita mungkin belum mengenal siapa mereka sebenarnya dan bagaimana kedudukan mereka di sisi Allah Swt. serta fungsi mereka di alam semesta ini. Mari kita berusaha sedikit demi sedikit agar lebih jauh dapat mengenal mereka, dengan harapan agar kita diakui sebagai orang yang cinta kepada mereka, insya Allah.

Ini hanya sebagai bahan renungan, bahan resapan yang perlu kita resapi pada malam yang penuh berkah ini. Dengan harapan semoga kita terus mencintai dan berusaha mengikuti jejak mereka Ahlul Bait a.s. []

___________
Ditranskrip oleh Donny Somadijaya, SH., pada acara doa Kumail di YPI Al-Jawad Bandung


index buletin