BULETIN AL-JAWAD [edisi ke-17/tahun XI/Ramadhan-Syawal 1422 hijriah]

  Isi Buletin :

  1. Berlomba-Lomba Memperbanyak Harta dan Keturunan Membuat Manusia  Lupa Kepada Allah

  2. Khutbah Rahbar

  3. Barang Siapa Memenuhi Kebutuhan Saudaranya

 4. Riya

 5. DOA AL-FARAJ (Bebas Kelapangan)

BERLOMBA-LOMBA MEMPERBANYAK 
HARTA DAN KETURUNAN
MEMBUAT MANUSIA LUPA KEPADA ALLAH

Ustadz Husein Alkaff

Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa nanti di hari kiamat, Al-Qur'an akan mengadu kepada Allah Swt. atas sikap kaum muslimin yang meninggalkan dan melupakan Al-Qur'an. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang diadukan oleh Qur'an kepada Allah Swt. Pada kesempatan ini, saya ingin membawakan sebuah surat yang sangat menarik sekali untuk kita perhatikan dan kita resapi makna dan maksudnya. Surat itu adalah surat al takaatsur. Surat yang pendek sebanyak delapan ayat, sehingga kita dengan mudah dapat menghapalnya, atau bahkan dari kita ada yang sudah menghapalnya.
Allah Swt. berfirman, “ Kalian telah dilalaikan oleh al-takaatsur “. al-Takaatsur berasal dari kata katsir, artinya banyak atau berlimpah ruah. Yang dimaksud dengan al-takaatsur disini menurut beberapa riwayat adalah berlomba-lomba memperbanyak harta dan keturunan. 
Ayat ini dengan jelas mengingatkan kepada kita bahwa umat manusia seringkali dibuat lalai oleh perlombaan memperbanyak harta dan anak keturunan. Memang harta dan anak seringkali membuat manusia lupa kepada Allah Swt. Banyak ayat yang serupa dengan ayat ini, yang menyebutkan bahwa, innamal amwaalu wal awlaadu fitnah, sesungguhnya harta dan anak adalah ujian dan cobaan. 
Kita seringkali disibukkan untuk mengejar harta dan memperbanyak keturunan. Sehingga dengan kesibukan itu, kita lupa terhadap tujuan dari hidup kita sebenarnya. Kita tidak lagi melihat dunia sebagaimana mestinya dan secara hakiki. Allah Swt dalam ayat yang lain berfirman : “Ya'lamuuna dzaahiran minal hayaatid dunya wahum 'anil aakhiroti hum ghofiluun”( QS: al Ruum 7). Kebanyakan dari manusia meyakini atau mengetahui hal yang lahir dan tampak dari dunia, tetapi mereka lengah terhadap hakekat dunia.
Kita mengejar dunia yang kita lihat secara lahiriah saja, yang menawan dan mempesona, tetapi kita lupa akan hakekat dari dunia. Padahal dalam ayat yang lain Allah menegaskan bahwa, “Wamal hayaatuddunya lila lai'bun wa lahwun” ( QS: al An'am 32). Kehidupan dunia ini tidak lain dan tidak bukan hanya permainan belaka. Kita seringkali melihat dunia sesuatu yang sangat serius sekali. Untuk mengejar harta, kita rajin bangun pagi dan yang kita pikirkan adalah harta atau segala sesuatu yang bersifat materi. Kita lupa bahwasanya harta yang kita cari adalah bukan tujuan yang utama, itu hanya sebuah permainan saja.
Sampai kapan kita dibuat lupa oleh al takaatsur ?. Hatta zurtumulmaqoobir. Artinya, sampai kalian menziarahi kubur. Ziarah kubur di sini bukan mendatangi kuburan orang soleh atau kuburan orang tua kita. Maksud ziarah di sini adalah sampai kita mati. Setelah mati, kita baru sadar bahwa dunia itu benar-benar telah melengahkan kita. Dunia telah menjauhkan kita dari Allah, dunia telah membuat kita buta terhadap hakekat. Ketika manusia bergelut dengan dunia maka dunia yang nyata dan haqiqi tidak terlihat olehnya. Namun ketika ajal tiba, barulah manusia menyadari haqiqat dunia itu. Berkenaan dengan ini, Imam Ali bin Abi Thalib as. Berkata, “Manusia itu pada haqiqatnya tengah tidur. Jika mereka mati, maka mereka bangun dari tidurnya itu.“
Sebagaimana halnya orang tidur yang beranggapan bahwa yang ia lihat dan alami dalam mimpinya adalah sebuah kenyataan, padahal itu hanya mimpi belaka. Begitu ia jaga dari tidurnya, maka ia sadar bahwa itu sekedar mimpi belaka. 
Jadi, manusia yang amat serius dengan dunia sama dengan orang yang sedang mimpi. Ia terbuai dengan dunia. Ia senang dan sedih mengikuti irama dunia yang dialaminya. Kematian yang menjadikan ia jaga dan sadar. Oleh karena itu, Imam Ali as. Juga pernah mengatakan,“ Matilah kalian sebelum mati “
. Artinya matikanlah ego dan kecintaan kita pada dunia sebelum mati secara fisik.
Imam Ali as. sebagaimana yang dikutip dalam beberapa riwayat, seringkali mengalami mati dalam arti fana' dalam lautan kekaguman kepada Allah atau kecintaan kepadaNya. Pernah para sahabat Beliau datang kepada Sayyidah Fathimah as. Dan berkata, “Wahai Fathimah suamimu meninggal dunia (sedang pingsan)”. Sayyidah Fathimah dengan nada yang datar menjawab, “ Itu hal yang biasa dialami oleh suamiku, Ali ”. 
Para sahabat Beliau menganggapnya tidak sadar, padahal Beliau berada pada puncak kesadaran akan dunia. Beliau mengetahui dunia sebagaimana adanya. Beliau mengalami beberapa kematian sebelum kematian fisik. 
Kemudian Kalla sawfa ta'lamun. Sama sekali tidak, kalian akan mengetahui akibat dari kelengahan kalian. Sekarang ini kebanyakan manusia tidak mengetahui akibat dari kelengahan mereka akan haqiqat dunia, sehingga mereka benar-benar terbuai oleh dunia dan berlomba-lomba memperbanyak harta dan keturunan. Tetapi nanti kalian akan mengetahui haqiqat dunia. Lalu Allah Swt. sekali lagi berfirman untuk menegaskan, “ Tsumma kalla sawfa ta'lamun “ .
Jadi kita semua akan mengetahui haqiqat dunia setelah kita mati. Menarik sekali untuk kita perhatikan bahwa pada ayat berikutnya, Allah Swt. berfirman, Kalla law ta'lamuuna ilmalyakin, tidak ada “sawfa “
. Sebuah kata yang menunjukkan waktu yang akan datang. Dalam ayat ini Allah berfirman, “ Kalau kalian mengetahui (nya) dengan ilmu yaqin “. Kalau ayat sebelumnya mengatakan bahwa kalian akan mengetahui nanti setelah mati, maka ayat ini mengatakan bahwa sekarang juga kamu mengetahui. Jika kalian sekarang mengetahui tentang dunia yang sebenarnya dengan ilmu yakin, maka Latarowunna ljahim, (kalian pasti dan sungguh-sungguh melihat neraka). 
Jadi, jika kita mengetahui sekarang ini dengan ilmu yakin, maka kalian benar-benar dan sungguh-sungguh akan melihat jahim di dunia. Pada umumnya manusia mengetahui atau meyakini jahim nanti di akherat setelah mati, tetapi ada orang-orang yang melihat neraka dengan mata hatinya di dunia sebelum mati. Dalam sebuah riwayat dijelaskan tentang seorang pemuda yang ditanya oleh Nabi Muhammad Saww., Bagaimana keadaanmu di pagi hari ini ? Dia menjawab, “Di pagi hari ini aku dalam keadaan iman dan yakin. “
Lalu Nabi Saww. bertanya kembali, “Apa tanda keimananmu ?” “Ya Rasulullah, aku sekarang ini menyaksikan surga dan neraka di hadapanku.“
Tentu pemuda ini telah sampai dalam pendekatan diri kepada Allah pada sebuah kedudukan sehingga melihat neraka di dunia ini. Sebenarnya setiap manusia bisa menyaksikan neraka di dunia sebelum di akherat. Dalam khutbahnya, yaitu khutbah Hammam, Imam Ali as. Menyebutkan beberapa ciri orang-orang yang bertaqwa, diantaranya : “
Mereka dengan surga seperti seorang yang telah menyaksikan surga sehingga mereka terhibur dengan surga. Dan mereka dengan neraka seperti seorang yang telah menyaksikan neraka sehingga dia tersiksa dengan neraka.”
Bagi mereka surga dan neraka adalah dua hal yang nyata dan tampak di hadapan mata mereka. 
Kemudian berikutnya, surat ini melanjutkan tsumma latarowunnaha ainalyakin, (kalian akan melihat neraka dengan ainulyakin). Ainalyakin lebih tinggi dari pada ilmulyakin. Pembahasan tentang ini dikaji secara detail dalam kajian akhlak dan irfan yang sangat dalam, dan di luar pembeciraan kita sekarang ini. Bagi mereka yang sudah sampai pada maqam ainulyakin, antara surga dan neraka tidak ada bedanya. Yang menjadi pusat perhatian mereka hanya Zat Allah Swt. semata.
Tsumma latus'alunna yauma'idzin a'ninnaim, (kemudian kalian akan ditanya tentang nikmat). Kalian akan ditanya oleh Allah tentang semua kenikmatan yang Ia limpahkan kepada kita. Kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Swt. Rezeki yang kita peroleh akan ditanya. Apapun kenikmatan yang kita rasakan akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah Swt. Makin banyak kenikmatan yang kita peroleh, maka makin banyak pertanyaan.
Dalam beberapa riwayat dari Ahlul Bait as. Disebutkan bahwa an na'im pada surat ini adalah nikmat yang paling besar yaitu wujud Ahlul Bait as. Setiap manusia nanti di hari kiamat akan ditanya oleh Allah tentang Ahlul Bait. Ahlul Bait adalah karunia dari Allah yang besar sekali, maka secara khusus kita akan ditanya oleh Allah Swt. sehubungan dengan kecintaan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Ahlul Bait a.s. Wallahu a'lam bil shawab. [] 

 

KHUTBAH RAHBAR

Teheran- 7 Desember 2001 
Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatullah Khamenei menghadiri shalat Jum'at, tanggal 7 Desember 2001 yang dalam pidatonya di hadapan ratusan ribu jamaah yang sedang berpuasa Beliau menekankan pentingnya penyelenggaraan KTT Organisasi Konfrensi Islam (OKI) dan Liga Arab untuk memperhatikan situasi di Palestina.
Ayatullah Khamenei yang berpidato di hadapan jamaah Jum'at yang berlimpah di Universitas Teheran berkenaan dengan syahadah Imam Ali as., mengatakan bahwa mengeluarkan resolusi saja untuk usaha membela penduduk Palestina tidaklah cukup, tetapi semua aset potensi dan tenaga dunia Islam harus dikerahkan di forum internasional bagi kepentingan penduduk Palestina.
Beliau juga mengatakan bahwa anak-anak, pemuda, orang tua dan wanita-wanita Palestina yang tidak berdaya harus didukung dengan sikap yang tegas serta menempatkan AS dan sekutu-sekutu Zionis dalam ancaman memadai yang mengikat. Beliau juga menyeru rakyat dunia Islam bahwa dalam membela rakyat Palestina, perlu mendorong negara-negara Islam tidak menyerah kepada penindasan Zionis. Tekanan opini publik dapat memaksa pemerintah untuk bergerak. Beliau menambahkan, bahwa untuk alasan yang sama, bangsa-bangsa muslim harus membuat hari al-Quds menjadi hari kemurkaan terhadap Israel dan pendukung-pendukungnya dan dukungan yang tegas terhadap rakyat Palestina. 
Ayatullah Khamenei menyinggung peranan yang tidak dapat ditolak dari AS dalam kejahatan-kejahatan rezim Zionis dan mengatakan bahwa mereka menyerang Afganistan secara membabi-buta dengan alasan pembunuhan tehadap beberapa orang dan dengan slogan kampanye melawan terorisme, sekarang memperlihatkan pembantaian terbuka terhadap rakyat Palestina.
Zionis telah menghancurkan rumah-rumah rakyat Palestina dan membunuh wanita dan anak-anak tanpa belas kasihan, lanjut Pemimpin Tertinggi Revolusi seraya mempertanyakan, bukankah itu tindakan teroris? AS dan Inggris yang mendukung kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis, telah mempermalukan bangsa mereka sendiri. Beliau menambahkan bahwa rezim lapuk kolonialis Inggris telah menjadi calo AS, akan tetapi pendukung-pendukung Zionis mesti tahu bahwa usaha-usaha mereka tidak akan berguna dan rezim pendudukan akan menghadapi hari-hari terburuk mereka.
Ayatullah Khamenei menyerukan intifada dan pemberontakan bangsa Palestina untuk memperoleh hak mereka. Mengenai usaha-usaha untuk memadamkan intifada, dalam khutbah Jum'at Beliau mengatakan: “
Terima kasih untuk pemuda-pemuda Palestina yang penuh keimanan dan keberanian dalam perjuangan melawan pendudukan. Intifada akan berbuah dan Tanah Suci (Baitul Maqdis) akan dikuasai oleh rakyat Palestina seiring dengan terusirnya para perampas cepat atau lambat.”
Dalam berbagai kesempatan Ayatullah Khamenei menekankan kembali kewajiban yang berat dari para ulama, cendekiawan, penulis, penyair dan pelajar untuk mendukung Intifada.
Kembali ke situasi di Afganistan, Pemimpin Tertinggi mengatakan bahwa serangan yang tidak berbelas kasihan dari AS dan Inggris akan menjadi perang terbuka dalam situasi tertentu. Mengenai pembentukan pemerintah melalui konsensus beberapa kelompok, Beliau menyatakan, bahwa hendaklah AS tidak mencoba untuk menggambarkan keruntuhan Taliban sebagai kemenangan mereka karena tanpa kehadiran kekuatan rakyat Afganistan, kejatuhan Taliban dan pembentukan pemerintah baru tidaklah mungkin. Beliau menentang campur tangan asing walaupun sedikit, dan mengatakan bahwa pemerintahan apapun yang akan diterapkan di Afganistan harus memperhatikan sungguh-sungguh dua faktor esensial, yaitu Islam dan kemerdekaan yang dituntut oleh rakyat, karena bangsa Afgan memeluk Islam secara mendalam dan sejarah menunjukkan bahwa mereka selalu menentang campur tangan asing.
Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa kebijaksanaan Iran terhadap Afganistan didasarkan atas dukungan kepada rakyat Afgan. Beliau menyerukan kepada semua kelompok etnik Afgan untuk mengesampingkan perbedaan dan berusaha membangun kembali negara yang porak-poranda akibat perang tersebut. 
Iran tidak pernah menyetujui intervensi negara asing di Afganistan dan Barat mesti tahu bahwa kehadiran militer jangka panjang dengan alasan yang dibuat-buat akan ditentang oleh negara tersebut, lanjut Beliau. Mengenai penghargaan terhadap mereka yang menyelenggarakan hari Solidaritas bagi bangsa Afgan, Beliau menekankan untuk melanjutkan bantuan Iran terhadap Afaganistan. 

BARANG SIAPA MEMENUHI KEBUTUHAN SAUDARANYA

Ibn Abbas berkata, “Aku pernah bersama Imam Hasan bin Ali beritikaf di Masjidil Haram. Ketika Imam Hasan bin Ali sedang melakukan thawaf di Ka'bah, dia dihampiri oleh seorang laki-laki dari Syi'ahnya yang berkata kepadanya, “Wahai anak Rasulullah Saww., Aku mempunyai utang kepada seseorang. Maukah engkau melunasi utangku ?”
Maka, Imam Hasan a.s. berkata, “Demi pemilik rumah ini, aku sama sekali tidak punya uang sekarang ini.”
Orang tersebut berkata, “Kalau begitu, sudilah kiranya engkau memintakan penundaan untukku karena orang yang memberikan utang kepadaku telah mengancam akan memenjarakanku.”
Maka, kata Ibn Abbas, Imam Hasan a.s. langsung menghentikan thawafnya dan berangkat bersama orang itu menemui orang yang memberi utang tersebut. Aku (Ibn Abbas) berkata kepadanya, “Wahai anak Rasulullah Saww., bukankah engkau sedang beritikaf ?”
Dia menjawab, “Benar, tetapi aku mendengar Rasulullah Saww. bersabda : “Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya yang Mukmin, maka pahalanya seperti orang yang beribadah kepada Allah Ta'ala selama sembilan ribu tahun, berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan shalat tahajud pada malam harinya.” 
Dalam Mushadaqah al-Ikhwan, hlm. 52, bab “Pahala Memenuhi Kebutuhan Saudaranya,” disebutkan hadis Nabi Saww., “Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya yang Mukmin, maka Allah akan memenuhi untuknya pada Hari Kiamat seribu macam kebutuhannya.”
(Dikutip dari Sayyid Muhammad Asy - Syirazi, 99 Kisah Hikmah Pilihan, Pustaka Hidayah, Bandung)

                                               R I Y A

Yazid ibn Khalifah meriwayatkan dari Imam Al-Shadiq bahwa Imam berkata : “Riya' dalam segala bentuknya adalah syirik. Sesungguhnya, orang yang berbuat sesuatu demi manusia, balasannya ada pada manusia, dan orang yang berbuat demi Allah, balasannya ada pada Allah.” 
[Dikutip dari 40 Hadis Telaah Imam Khomeini, Buku Pertama, Hadis Tentang Riya] 

 

DOA AL-FARAJ
(Bebas Kelapangan)


Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya

Ya Allah Bala telah menyulitkan gerak langkah, 
Hal-hal yang tersembunyi telah menjadi jelas
Tersingkap sesuatu yang terselimuti, terputus harapan
Bumi menyempit dengan meluasnya langit

Pada-Mu aku memohon pertolongan dan mengadu
Kepada-Mu terkembalinya pada saat susah dan senang

Ya Allah curahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluarganya
Yang Engkau perintahkan kami untuk mentaati mereka
Yang Engkau beritahukan kepada kami kedudukan mereka

Percepat kemudahan bagi kami dengan hak mereka kemudahan yang sesegera mungkin
Seperti sekejapan mata atau lebih cepat lagi

Wahai Muhammad, Wahai Ali, Wahai Ali, Wahai Muhammad

Cukupkan kebutuhanku, karena kalianlah yang mencukupi kebutuhanku (dengan bertawasul kepada kalian Allah akan mencukupi).
Tolonglah aku karena kalianlah yang menolong aku (dengan berperantara pada kalian Allah akan menolongku)

Wahai waliku, Shohibuz zaman (Imam Mahdi, juga sebagai wasilah menuju Allah)
Berikan pertolongan, pertolongan, pertolongan
Tolonglah aku, tolonglah aku, tolonglah aku
Saat ini, saat ini, saat ini
Segera, segera, segera

Wahai Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Dengan hak Nabi Muhammad dan keluarganya yang suci 

 


index buletin