- Kematian merupakan sesuatu yang menakutkan
bagi kebanyakan manusia. Bahkan mengingat-ingat kematian dapat memorakporandakan manisnya
kehidupan dunia. Ia bagaikan duri yang berada dalam kerongkongan manusia.
- Manusia bukan hanya takut pada mati, tetapi
mereka takut pula mendengar kata kubur. Kalau kita melihat berbagai budaya bangsa di
dunia, kita akan menjumpai kesan ketakutan akan kematian dengan jelas.
- Marilah kita kaji faktor apakah yang
menyebabkan manusia takut akan kematian. Meskipun ada segelintir manusia, alih-alih takut,
sebaliknya menyambut kedatangannya dengan senyum.
-
- Mengapa Takut ?
- Ada beberapa faktor yang menyebabkan
manusia menjadi takut mati. Di antaranya adalah menafsirkan mati dengan fana.
- Secara alamiah setiap manusia takut
ketiadaan (adam). Ia lari dari sakit karena sakit adalah adamus-sihhah
[ketiadaan sehat]. Manusia lari dari kegelapan karena gelap adalah tiadanya cahaya dan
lain sebagainya. Bahkan manusia takut tidur sekamar dengan orang mati. Meskipun mayat itu
adalah temannya sendiri. Padahal ia senang tidur bersamanya ketika masih hidup. Mengapa
demikian ? Karena mati adalah tiadanya kehidupan.
- Sudah barang tentu, kalau kita mengartikan
maut adalah finish atau akhir dari segala sesuatu, maka akibatnya kita takut kepadanya.
Sebaliknya, kalau maut kita artikan pemula dari segala sesuatu, maka kita akan
mengharapkannya (Ustadz Makarim Syirazi).
-
- Dua Pandangan yang Berbeda
- Kita melihat ada dua jenis manusia.
Pertama, manusia yang takut mati. Kedua, manusia yang menyambut kematian dengan senang
hati. Hal ini timbul karena pandangan mereka tentang kematian berbeda.
- Golongan pertama adalah orang-orang yang
tidak percaya adanya dunia setelah kematian atau mereka percaya, tapi tidak sepenuh hati.
Oleh karena itu, mereka menganggap detik kematian adalah detik perpisahan dengan segala
sesuatu.
- Sedangkan golongan kedua adalah orang-orang
yang memandang kematian sebagai kelahiran baru, dari dunia yang sempit ke dunia yang maha
luas. Golongan kedua ini sangat merindukan kematian. Imam Ali bin Abi Thalib
berkata, "Demi Allah, Ali merindukan kematian melebihi bayi yang merindukan air
susu ibunya."
- Dalam sebuah syair Persia dikatakan :
Jika kematian berupa
seorang laki-laki
Maka niscaya aku akan
memanggilnya
Silakan datang !
Sehingga aku dapat
memeluknya erat-erat
Karena sesungguhnya aku
akan menerima darinya
Ruh yang abadi
Sedangkan kematian akan
mengambil dariku
Selendang yang telah
usang warnanya
- Bukanlah suatu hal yang mengherankan jika
kita menjumpai dalam sejarah, manusia seperti Imam Husain dan para sahabatnya sangat
merindukan kematian. Makin dekat kesyahidan mereka, kegembiraan mereka semakin bertambah.
Kerinduan mereka untuk bertemu dengan Kekasih Sejati makin tidak tertahankan lagi.
Wajah-wajah mereka semakin bercahaya karena semakin dekatnya perjumpaan dengan Allah.
- Ketika racun pedang Abdurrahman Ibnu Muljam
telah mengenai leher Imam Ali, maka saat demi saat keadaan Ali semakin parah
dan racun kian menampakkan reaksinya. Sahabat-sahabat Imam menjadi sangat terharu dan
berduka sekali. Mereka tidak dapat lagi menahan tetesan air mata, bahkan sebagian dari
mereka ada yang berteriak histeris. Akan tetapi mereka melihat wajah Ali as
berseri-seri dan selalu tersenyum. Beliau berkata :
- "Demi Tuhan Kabah, aku telah
sukses ! Apa yang telah menimpaku bukan merupakan hal yang kubenci. Sama sekali tidak !
Syahid di jalan Allah sejak dulu sudah merupakan hal yang senantiasa aku angan-angankan.
Dan bagiku, apa yang lebih baik dan berharga daripada syahadah dalam keadaan ibadah
?"
-
- Berbagai Macam Sakaratul Maut
- Alquran dan hadis menjelaskan bahwa ada
empat macam pencabutan nyawa :
1. Orang-orang saleh mati dengan
mudah. Imam Ali as berkata, "Ketika orang-orang saleh meninggal dunia, mereka
diberi berita gembira, sehingga mereka merasa senang dan menyukai kematian itu." 1
2. Orang-orang baik yang meninggal
dengan sulit. Nabi Saww bersabda, "Kematian adalah kaffarah dosa-dosa mukminin.
Setelah itu mereka tidak akan merasakan siksaan lagi." 2
3. Orang-orang yang tidak saleh,
namun matinya mudah. Imam Al-Kazhim as berkata, "Sebagian orang kafir meninggal dunia
dengan mudah disebabkan sejumlah perbuatan baiknya. Sebagian orang kafir memiliki amal
saleh. Amal saleh itulah yang menjadikan mudah kematiannya." 3
4. Orang-orang zalim yang
meninggalnya sulit. Kesulitannya itu merupakan siksaan pertama bagi mereka. 4
Keabadian Ruh
Argumentasi rasional dan ayat-ayat
Alquran serta hadis, semuanya membuktikan bahwa ruh manusia abadi. Rusaknya badan tidaklah
membuat ruh menjadi rusak. Ruh berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan badan.
Kepribadian manusia berhubungan dengan ruh. Bukan dengan badan. Umpamanya sewaktu kecil
Anda pernah dipukul oleh tetangga Anda. Dua puluh tahun kemudian Anda melihatnya lantas
memukul orang itu. Padahal jasmani orang itu telah berubah beberapa kali. Mengapa Anda
memukulnya ? Jawabnya, jasmani orang itu berubah, tetapi ia tetaplah ia.
Tanpa disadari manusia sering
menyebutkan kata-kata yang menunjukkan bahwa ruh itu abadi. Umapanya, sewaktu usia manusia
sudah lanjut, ia sering mengatakan, "Sewaktu masih kecil, saya anak yang nakal."
Padahal jasmani manusia berubah setiap tahunnya. Namun demikian perasaan manusia
mengatakan bahwa dirinya yang sekarang adalah dirinya sewaktu kecil.
Maad Memberi
Arti pada Kehidupan
Sekiranya kehidupan di dunia ini
tidak dilanjutkan dengan kehidupan di dunia lain, maka kehidupan dunia akan sia-sia.
Layaknya sia-sianya kehidupan janin, sekiranya tidak akan dilahirkan ke dunia ini.
Seandainya bayi itu dikaruniai akal, maka ia akan bertanya mengapa aku ditahan dalam dunia
yang kecil ini ? Kita juga bertanya mengapa harus menjalani hidup di dunia ini selama
tujuh puluh tahun atau lebih dengan segala kesulitan dan cobaannya. Apakah tujuan dari
semua ini sekadar makan dan minum ? Apakah keberadaan bumi yang luas dan langit yang indah
dan semua sarana hidup hanyalah untuk makan, minum, berpakaian ?
Maka, jelaslah di sini, sia-sianya
kehidupan, kalau kita tidak mempercayai maad (hari akhir).
Berbagai Argumentasi Maad
1. Keadilan Ilahi
Kita dapat membuktikan keberadaan maad
dengan beberapa argumentasi, baik argumentasi rasional maupun Qurani. Di antara
argumentasi rasional yang juga didukung Alquran, sebagai berikut : Karena Allah bersifat
adil, maka maad harus ada.
Penjelasannya bahwa ada dua jenis
manusia dalam menghadapi perintah Allah dan Rasul-Nya yakni manusia yang taat dan manusia
yang ingkar. Allah berfirman dalam surat At-Taghabun : "faminkum kafir waminkum
mukmin sebagian dari kalian kafir dan sebagian lain kafir."
Sedangkan kita sedikit sekali
melihat pembalasan amalan di dunia ini. Cepat atau lambat, orang-orang saleh dan zalim
semuanya akan meninggal dunia. Sekiranya hisab dan pembalasan tidak diadakan di dunia lain
dan kematian adalah akhir [kehidupan], maka bagaimanakah dengan keadilan Allah ?
2. Hikmat Ilahi
Kita bayangkan ada tuan rumah yang
mengundang banyak tamu. Dia menyiapkan berbagai jenis makanan enak yang telah
diperhitungkan dengan jumlah orang yang diundang. Hal ini dilakukannya karena tuan rumah
itu sangat mencintai para tetamunya itu.
Di samping makanan-makanan enak, ia
juga membuatkan atap yang nyaman bagi para tamunya itu. Namun tiba-tiba ada tamu yang keji
memasuki ruangan itu. Tamu itu memorakporandakan meja makan. Tuan rumah itu tidak marah.
Ia acuh tak acuh dan membereskan meja makan lantas membubarkan pertemuan itu. Maka begitu
juga seandainya maad itu tidak ada, tindakan Allah seribu kali lebih sia-sia dari
tindakan tuan rumah itu.
"Dia pencipta langit dan bumi.
Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala
sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS Al-Anam : 101).
"Yang membuat segala sesuatu
yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah" (QS
Sajadah : 7).
"Allah mengetahui apa yang
dikandung oleh setiap perempuan dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang
bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (QS Ar-Radu : 8).
"Orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi seraya berkata, "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka." (QS....).
Keyakinan pada Maad Banyak
Pengaruhnya
Keyakinan pada maad sangat
besar pengaruhnya pada kehidupan. Sebagai contoh, sekiranya undang-undang dan aturan hukum
tidak lagi berlaku dalam suatu sistem pemerintahan dari suatu negara, pasti negara itu
akan kacau balau. Setiap orang akan menjadi berani melakukan tindakan kriminalitas, sebab
ia tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan hukuman atau sanksi.
Orang yang percaya pada maad
dan hari perhitungan, ia tidak akan berbuat semena-mena. Imam Ali tidak bersedia
mengambil sebutir makanan dari mulut semut, meskipun imbalannya adalah dunia beserta
isinya. Mengapa ada manusia seperti itu ? Apakah yang menjadikannya bersikap demikian ?
Tidak ada yang lain, karena Imam mempercayai hari perhitungan. Kepercayaannya, lebih
tinggi dari kepercayaan manusia biasa. Imam Ali berkata, "Seandainya surga dan
neraka ditunjukkannya kepadaku, maka imanku tidak akan bertambah." Mengapa demikian ?
Karena tanpa diperlihatkan pun imannya sudah sempurna.
Maad Jasmani
Ada sebuah pendapat yang hanya
meyakini maad ruhani. Artinya, manusia tidak akan lagi dibangkitkan dengan
jasmaninya. Hanya ruh yang akan memperoleh pahala atau siksaan. Ayat-ayat Alquran
menunjukkan adanya maad jasmani. Manusia akan dibangkitkan dari kuburnya
beserta badannya.
Firman Allah dalam surat
Al-Maarij ayat 43 : "Pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat
seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhalala-berhala (sewaktu di dunia)."
Firman Allah dalam surat Al-Qamar
ayat 7 : "Sambil menundukkan pandangan-pandangan, mereka keluar dari kuburan
seakan-akan mereka belalang yang beterbangan."
Dalam surat Al-Hajj : 7, Allah
berfirman, "Sesungguhnya Allah membangkitkan orang-orang yang berada di kubur."
Kalau sekiranya maad hanyalah sebatas ruh saja, maka mengapa ayat-ayat Alquran
berbicara tentang kubur ? Sedangkan ruh tidak berada di kubur, melainkan badan yang berada
di kubur. Di samping itu semua contoh dalam Alquran adalah untuk membuktikan kesederhanaan
maad adalah berhubungan dengan maad jasmani. Dan yang dipungkiri oleh
orang kafir adalah maad jasmani.
Pada suatu hari seorang lelaki Badui
datang menemui Rasul. Ia membawa tulang belulang. Lantas ia bertanya, "Siapakah yang
dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh ?" Saat itu juga Allah
memberikan jawabannya, "Katakanlah : "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya pada kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk."
Dalam ayat lain Allah berfirman,
"Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya
menuju Tuhan mereka."
Seorang lelaki jahiliah berkata,
"Apakah Dia menjanjikan kepada kalian bahwa kalau kalian mati dan telah menjadi tanah
dan tulang belulang, kalian akan dibangkitkan lagi ?"
Semua ayat di atas menunjukkan
dengan jelas bahwa Rasul seringkali berbicara tentang maad jasmani. Oleh
karena itulah Alquran memberikan contoh maad jasmani dalam dunia tumbuhan
yang manusia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Jika seorang Muslim mau meluangkan
waktunya untuk membaca Alquran niscaya ia tidak akan mengingkari maad
(kebangkitan) jasmani.
Alasan Penolakan Maad
Iman pada maad tidaklah
cukup dengan lidah. Tapi, orang Mukmin mengemban tanggung jawab dalam kehidupan
duniawinya. Maka kelaziman dari tanggung jawab itu adalah tidak melanggar batasan-batasan
agama yang menjaganya dari bertingkah ifrath (ekstrem) dalam melampiaskan naluri
hewaniahnya. Tujuan inti dari orang yang mengingkari maad adalah
bersenang-senang dan mengikuti hawa nafsu. Allah berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 43 :
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya ?"
Ketika mereka melihat bahwa maad
bertentangan dengan tujuan hewani, maka mereka mengingkarinya dengan berbagai argumentasi
yang amat lemah.
Allah berfirman dalam surat Qiyamah,
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya ? Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun kembali jari jemarinya
dengan sempurna. Bahkan manusia hendak membuat maksiat terus menerus. Ia bertanya,
"Bilakah hari kiamat itu ?"
Ayat pertama menyebutkan akidah
mereka. Ayat kedua menyebutkan sebab keingkaran mereka. Pada dasarnya, mereka mengingkari maad
bukan karena alasan kemustahilan pengumpulan tulang belulang, sebagaimana yang mereka
tampakkan, sebabnya adalah keimanan terhadap maad menjadi penghalang buat
mereka untuk melampiaskan naluri hewaniahnya.
Syarat-syarat atau Tanda-tanda
Turunnya Hari Kiamat
Di antara syarat turunnya hari
kiamat adalah sudah diutusnya Nabi Muhammad Saww. Firman Allah dalam surat Muhammad ayat
18 : "Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat yaitu
kedatangannya dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka
apakah faidahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang ?"
Syarat lain adalah turunnya Nabi Isa
as. Firman Allah dalam ayat 61, "Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan
pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu
dan ikutilah aku, inilah jalan yang lurus." Lain riwayat menyatakan bahwa Nabi
Isa turun setelah Imam Mahdi semoga Allah menyegerakan kehadirannya.
Tanda lainnya adalah bila binatang
yang melata dikeluarkan dari bumi Allah berfirman, "Dan apabila perkataan telah
jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan
kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat kami."
Hari Penyesalan
Salah satu nama hari kiamat adalah
hari penyesalan. Pada hari itu sekelompok manusia amat meyesal. Sebab penyesalannya adalah
semua perkara sudah selesai saat itu. Semua buku amalan sudah tertutup rapi. Setiap orang
sudah ditentukan, ahli surga atau ahli neraka.
Pada saat itu kematian dirupakan
seperti kambing. Kambing itu dibunuh di hadapan ahli surga dan neraka. Dengan tujuan,
memberitahukan pada penghuni mahsyar bahwa segala perkara telah selesai. Penghuni surga
selamanya di surga dan penghuni neraka selamanya di neraka. Saat itulah penyesalan
meliputi hati ahli neraka. Bahkan ahli surga juga menyesal, mengapa mereka tidak beramal
lebih banyak. Allah berfirman dalam surat Maryam ayat 39 : "Dan berilah mereka
peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan
mereka dalam kelalaian dan mereka tidak pula beriman." Firman Allah dalam surat
Al-Mulk, "Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka."
Siapakah orang-orang yang menyesal
saat itu ?
1. Orang-orang yang berpaling dari
Imam samawiah kepada orang-orang yang fasik dan meninggalkan para washi Nabi serta
mencintai yang lain.
2. Rasul berkata pada Abu Dzarr
Al-Ghiffari, "Orang yang mengingkari risalahku, akan didatangkan pada hari kiamat
dengan keadaan buta dan tuli. Mereka datang di kegelapan kiamat. Mereka berkata,
"Celaka kami ! Mengapa kita tidak mengindahkan hukum-hukum Allah." 5
3. Orang-orang yang memperoleh
hartanya dari jalan haram, belum sempat mereka menikmatinya, ajal telah mendahului mereka.
Lantas harta itu beralih pada ahli warisnya. Ahli warisnya menginfakkannya di jalan Allah.
Jadi tuan harta itu masuk neraka, sedangkan ahli warisnya yang saleh masuk surga karena
harta itu.
4. Orang-orang yang berlaku ifrath.
5. Orang-orang yang berpotensial
mencari ilmu, tapi tidak mau menggunakannya.
6. Para ulama yang menasihati
masyarakat, sekiranya mereka tidak mengamalkan ilmunya. Karena masyarakat masuk surga
karena karena ucapannya, sedangkan dia sendiri masuk surga.
7. Orang-orang yang suka ngobrol hal
yang sia-sia, seharusnya mereka mengingat Allah di majlis itu.
Pintu-pintu Neraka
Neraka memiliki tujuh pintu, dalam
surat Al-Hijr, Allah berfirman, "Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap
pintu telah ditetapkan untuk golongan yang tertentu dari mereka."
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa
neraka bersusun tujuh. Setiap susunnya dikhususkan bagi golongan tertentu. Mungkin kata
tujuh itu mengisyarakatkan akan banyaknya jumlah pintu neraka. Sebagaimana dalam surat
Luqman ayat 26 : "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi
tinta ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan
habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
Di sini maksud dari tujuh laut, bukanlah bilangan tujuh itu saja tetapi lautan yang
banyak.
Neraka yang paling bawah adalah
tempat para munafik. Alquran menyebutkan nama surga sebanyak 145 kali. Begitu juga Alquran
menyebutkan kata neraka sebanyak itu. Sedangkan kata dunia disebutnya sebanyak 115 kali.
Begitu juga akhirat. Ini adalah pelajaran bahwa setiap orang Muslim haruslah melihat
antara surga dan neraka, dunia dan akhirat secara seimbang dan adil. Keseimbangan antara
perasaan takut dan harapan.
Apabila antara keduanya tidak
seimbang dan salah satunya melebihi lainnya, maka bahaya sudah mengancam mereka. [ ]
Catatan Kaki :
1. Al-Bihar, jilid 6, hal. 153.
2. Al-Bihar, jilid 6, hal. 151.
3. Al-Bihar, jilid 6, hal. 155.
4. Dinukil dari Muhsin Qiraati, Maad.
5. Tafsir Ash-Shafi, jilid 2.
_________________
*) Semula merupakan makalah dari Ustadz Faruq bin
Dhiya yang disampaikan pada Paket Pengkajian Ahlul Bait di Yayasan Muthahhari
pada 1995.
|