- Imam Mahdi : Suatu Kajian Teks*
- Ust. Hasan Rahmat
- Mahdi Menurut Bahasa
Mahdi artinya penunjuk jalan;
pemimpin. Imam Mahdi adalah pemimpin (yang dianggap suci) yang akan datang ke dunia
apabila hari kiamat hampir tiba (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990 hal. 543). Mahdi
dari bahasa Arab (Al-Mahdiyy), artinya orang yang dipimpin Allah kepada kebenaran.
Mahdi adalah salah satu julukan bagi imam suci yang kedua belas.
-
Imam Mahdi dalam Alquran
Di dalam Alquran yang mulia tidak
terdapat ayat-ayat yang jelas dan tegas tentang imamah, khilafah, dan kepemimpinan Al-Imam
Al-Mahdi alaihissalam, tetapi isyarat-isyarat ke arah itu ada, misalnya, saja dalam
firman-firman Allah Azza wa Jalla berikut ini :
"Mereka hendak memadamkan
cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya." (QS At-Taubah, 9
: 32).
"Dia yang telah mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh
ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya," (QS At-Taubah, 9 : 33).
"Dia yang telah mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh
ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya," (QS Ash-Shaff, 61: 9).
"Dia yang telah mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkannya atas ajaran
seluruhnya, dan cukuplah Allah sebagai saksi, " (QS Al-Fath, 48 : 28).
Kata Imam Jafar Ash-Shadiq
bahwa kemenangan Islam hingga menguasai dunia ialah pada zaman Al-Mahdi (Al-Mizan fi
Tafsir Al-Quran 9 : 225). Kata As-Sudi bahwa kemenangan Islam atas ajaran seluruhnya
itu ialah pada masa Al-Mahdi (Tafsir Al-Fakhr Ar-Razi 16 : 42).
-
Al-Mahdi dalam As-Sunnah
Banyak hadis yang diriwayatkan dari
Rasulullah Saww tentang Al-Mahdi; tentang namanya, kun-yahnya, gelarannya, nasabnya,
sifat-sifatnya, tentang apa yang akan dilakukannya, imamah dan khilafahnya, ghaibah
(kegaiban) serta zhuhur (kemunculannya) dan sebagainya. Sejumlah sahabat Rasulullah
Saww telah meriwayatkan hadis-hadis dari Rasulullah Saww yang berkenaan dengan Al-Mahdi
seperti Imam Ali as, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Ibnu Umar, Abu Hurairah, Thalhah,
Abu Said Al-Khudri, Ummu Salamah dan lain-lain.
-
Nama dan Nasabnya serta Keadilan
yang Akan Ditegakkan pada Masa Kemunculannya
Telah diriwayatkan yang sanadnya
dari Ashim bin Bahdalah dari Zirrin dari Abdullah, dia telah berkata : Telah bersabda
Rasulullah Saww : "Dunia tidak akan lenyap sampai seorang lelaki dari Ahli-baitku
yang namanya sama denganku menguasai bangsa Arab," (HR At-Tirmidzi 2 : 36 cet.
Bulaq).
"Tidak akan terjadi saat
(kiamat) hingga berkuasa seorang lelaki dari Ahli-Baitku yang namanya sama dengan
namaku," (Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal 1 : 376).
Sabdanya, "Akan tampil seorang
lelaki dari Ahli-baitku yang namanya sama dengan namaku dan perawakannya menyerupai
perawakanku lalu ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kebenaran sebagaimana
sebelumnya bumi ini telah diliputi kezaliman dan kesesatan," (Hadis ini telah
dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dari Ibnu Masud, Kanz Al-Ummal 7 : 188).
Dari Hudzaifah, "Sesungguhnya
Nabi Saww telah bersabda,"Seandainya usia dunia tinggal satu hari lagi, niscaya Allah
akan memperpanjang hari itu sampai Dia membangkitkan seorang lelaki dari (keturunan)
anakku yang namanya seperti namaku". Salman berkata, "Dari anakmu yang mana,
wahai Rasulullah ?" Beliau bersabda, "Dari keturunan anakku ini, " sambil
beliau menepukkan tangannya kepada Al-Husain as (Dakhair Al-Uqba).
-
Nabi Isa Turun Setelah Imam Mahdi
Muncul dan Shalat Di Belakangnya
Di dalam Shahih Al-Bukhari
disebutkan secara implisit bahwa Nabi Isa alaihissalam akan turun setelah Imam Mahdi
as muncul (Shahih Bukhari 2 : 256 cet. Dar Al-Fikr).
Di dalam Musnad Al-Imam Ahmad bin
Hanbal 3 : 345 telah diriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bahwa dia telah mendengar
Nabi Saww bersabda, "Senantiasa segolongan dari umatku berperang di atas kebenaran
mereka menang hingga hari kiamat tiba, lalu turunlah Isa putra Maryam, kemudian berkatalah
pemimpin mereka (Al-Imam Al-Mahdi) : "Mari shalat (sebagai imam) bagi kami." Dia
(Nabi Isa) bersabda, "Tidak, sesungguhnya engkau pemimpin bagi mereka, sungguh Allah
telah memuliakan umat ini."
Di dalam Al-Shawaiq Al-Muhriqah,
Ibnu Hajar telah berkata : Ath-Thabrani telah mengeluarkan hadis secara marfu :
"Al-Mahdi akan memperhatikan ketika Isa bin Maryam telah turun seolah air
menetes dari rambutnya, kemudian Al-Mahdi akan berkata : "Silakan ke depan shalat
(sebagai imam) bagi manusia." Isa alahissalam berkata, "Shalat telah
di-iqamah-kan untukmu," kemudian dia shalat di belakang seorang lelaki dari
keturunanku." (Al-Shawaiq Al-Muhriqah, hal. 98).
Bacalah hadis-hadis tentang Al-Imam
Al-Mahdi as di dalam kitab-kitab berikut ini : Sunan At-Tirmidzi 1 : 36 cet. Bulaq;
Sunan Abi Dawud di dalam kitab "Al-Mahdi"; Musnad Al-Imam Ahmad bin
Hanbal 1 : 99, 376-377, 430, 448; juz 3 : 17, 28, 98-99, 317, 345, 367, 384, dan juz 2
: 336; Shahih Ibnu Majah dalam "Abwab Al-Jihad" dan "Abwab
Al-Fitan"; Al-Mustadrak 4 : 460, 463, 502, 514, 554, 557-558; Majma
Al-Zawaid 7 : 314-317; Kanz Al-Ummal 7 : 189; 260-261; Shahih Muslim
dalam "Kitab Al-Fitan"; Qashash Al-Anbiya hal. 554; Hilyah Al-Auliya
3 : 184; Usud Al-Ghabah 1 : 259 dan lain-lain.
-
Imamah dan Kegaibannya
Telah diriwayatkan dengan sanad
sampai kepada Imam Muhammad Al-Baqir as bahwa ia telah mendengar Jabir bin Abdullah
Al-Anshari berkata : "Saya masuk ke rumah Fathimah Az-Zahra alaihassalam
dan di hadapannya ada sebuah papan yang memuat nama-nama para washi
(penerima wasiat), lalu saya hitung semuanya ada dua belas nama, yang terakhir adalah Al-Qaim
(Imam Mahdi), tiga orang mereka dari mereka bernama Muhammad [yang dimaksud adalah
Muhammad Al-Baqir, Muhammad Al-Jawad, Muhammad Al-Mahdi red.], dan empat orang dari
mereka bernama Ali [yang dimaksud adalah Imam Ali bin Abi Thalib, Ali
bin Husain As-Sajjad, Ali bin Musa Ar-Ridha, Ali bin Muhammad Al-Hadi
red.], shalawat Allah semoga dicurahkan kepada mereka semua." (Sirah
Al-Aimmah Al-Itsna Asyar 2 : 529).
Ash-Shadiq telah meriwayatkan di
dalam Al-Ikmal dan kitab lainnya dari sejumlah muhadditsin terpercaya pengikut
Ahlul Bait dengan sanadnya sampai kepada Al-Asbagh bin Nubatah bahwa ia telah berkata :
Saya telah datang kepada Amirul
Mukminin (Ali bin Abi Thalib) as lalu saya melihat dia sedang bertafakkur
memperhatikan bumi. Saya berkata, "Apakah Anda senang kepadanya ?" Beliau
berkata, "Tidak, demi Allah, aku tidak senang kepadanya dan juga kepada dunia satu
hari pun. Akan tetapi aku sedang berpikir tentang anak yang akan lahir yang kedua belas
dari keturunanku. Dia adalah Al-Mahdi. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana
bumi ini telah diliputi dengan kezaliman dan ketidakadilan. Dia akan mengalami kegaiban
ketika pada masa itu sebagian orang tersesat dan yang lainnya mendapat hidayah."
Saya bertanya, "Wahai Amirul
Mukminin, apakah ini akan terjadi ?"
Beliau berkata, "Ya,
sesungguhnya dia [Al-Mahdi] akan diciptakan. Sesungguhnya aku dengan ilmu menceritakan ini
kepadamu, wahai Asbagh ! Mereka [para imam] itu adalah orang-orang terbaik dari
itrah ini."
Saya berkata, " Apa yang bakal
terjadi setelah itu ?"
Beliau berkata, ""Allah
akan berbuat menurut yang Dia kehendaki." (Sirah Al-Aimmah Al-Itsna
Asyar 2 : 528).
-
Fase Kegaiban
Imamah Al-Mahdi as dimulai sejak
ayahnya wafat tahun 260 H. Ketika itu Imam Mahdi berusia empat setengah tahun. Setelah itu
hingga waktu yang dikehendaki Allah terjadilah kegaiban atas beliau. Kegaiban beliau
terbagi kepada dua fase : kegaiban kecil (ghaibah shugra) dan kegaiban besar (ghaibah
kubra).
Selama beliau dalam kegaiban kecil,
beliau berhubungan dengan para pengikutnya atas perantaraan duta-dutanya yang empat secara
bergantian. Duta atau safir yang pertama adalah Utsman bin Said Al-Umari,
kemudian digantikan oleh putranya, Muhammad bin Utsman Al-Umari. Setelah duta kedua
wafat digantikan oleh duta yang ketiga yaitu Al-Husain bin Ruh An-Naubakhti dan setelah
wafat, beliau lalu diganti oleh Ali bin Muhammad As-Samari, dia dipilih sebagai duta
terakhir. Duta yang keempat ini wafat pada 329 H, ketika usia Imam Mahdi
alaihissalam 74 tahun. Jadi kegaiban kecilnya berlangsung selama 69,5 tahun.
Sedangkan kegaiban besarnya dimulai dari dari tahun 329 H sampai waktu yang dikehendaki
Allah Azza wa Jalla.
Tentang dua fase kegaiban ini Imam
Jafar Ash-Shadiq as telah berkata, "Sesungguhnya bagi yang mempunyai perintah
ini (Imam Mahdi red.) ada dua kegaiban. Salah satunya sangat panjang hingga sebagian
orang berkata, Dia telah wafat, dan sebagian lagi mengatakan, Dia telah
pergi, sehingga tidak tinggal atas perkaranya dari sahabat-sahabatnya melainkan
sekelompok kecil," (Mizan Al-Hikmah I : 28; Bihar Al-Anwar 52 : 153).
Muhammad Al-Baqir as telah berkata,
"Sesungguhnya bagi Al-Qaim ada dua kegaiban. Dikatakan kepada salah satunya :
Dia telah wafat, dan sebenarnya dia tidak diketahui pada lembah yang mana dia
menempuh," (Mizan Al-Hikmah 1 : 281; Bihar Al- Anwar 52 : 156).
-
Hikmah Kegaiban
Para perawi hadis telah menyebutkan
tentang kegaiban Imam Muhammad Al-Mahdi bin Hasan Al-Askari alaihimmassalam
dan sebab-sebabnya. Mereka telah meriwayatkan dari Imam Jafar Ash-Shadiq dan dari
Imam Musa bin Jafar alaihimmassalam, bahwa Allah Swt telah menyembunyikan
kelahiran dan kegaibannya dari manusia agar tidak ada baiat di pundaknya kepada
seseorang, sebagaimana mereka telah meriwayatkan dari Muhammad Al-Baqir as bahwa dia telah
gaib karena "takut" kepada Bani Al-Abbas, dan pada riwayat Abdullah bin
Al-Fadhl Al-Hasyimi disebutkan : Imam Jafar Ash-Shadiq as telah berkata ketika
menjawab pertanyaan orang yang bertanya kepadanya tentang hikmah di dalam kegaibannya :
"Sesungguhnya perkara ini hikmahnya tidak terbuka wajah hikmah pada apa-apa yang
telah Allah berikan kepada Nabi Khidir as melainkan setelah dia berpisah dari Musa
as." Kemudian Imam Jafar Ash-Shadiq berkata, "Sesungguhnya perkara ini
adalah perkara Allah dan rahasia ini dari rahasia-rahasia-Nya serta kegaiban ini dari
kegaiban-Nya. Jika kita yakin bahwa Dia adalah Mahabijaksana, kita tentu membenarkan bahwa
perbuatan-pebuatan-Nya seluruhnya pasti hikmah di dalamnya, sekalipun wajah hikmah
tersebut tidak terbuka bagi kita".
Jadi masalah kegaiban Al-Mahdi itu
kita kembalikan saja kepada Allah Azza wa Jalla sebagaimana disebutkan di dalam riwayat
Abdullah bin Al-Fadhl dari Imam Jafar Ash-Shadiq as bahwa tidak lain kewajiban
kita melainkan menerima dan menetapi (taslim dan iltizam) kepada apa yang
telah ditentukan oleh kehendak-Nya.
Rasulullah Saww telah ditanya,
"Apakah para pengikut Ahlul Bait akan mendapatkab manfaat dengan Al-Qaim pada
masa kegaibannya ?" Beliau menjawab, "Ya, demi Yang telah membangkitkanku dengan
kenabian. Sesungguhnya mereka akan mendapatkan cahaya dengan nur wilayahnya pada masa
kegaibannya itu, seperti orang-orang mendapatkan manfaat dengan matahari sekalipun
terhalang awan," (Mizan Al-Hikmah 1 : 289).
Imam Muhammad Al-Mahdi as sendiri
telah berkata : "...adapun dari segi mendapatkan manfaat denganku pada masa
kegaibanku nanti adalah seperti mendapatkan manfaat dari di kala tidak terlihat karena
tertutup awan, dan sesungguhnya aku adalah pengaman bagi penduduk bumi sebagaimana
bintang-bintang sebagai pengaman bagi penduduk langit." (Mizan Al-Hikmah 1 :
289).
-
Beriman kepada Qudrah dan Iradah
Allah serta Taslim kepada Sabda Nabi yang Dia "La Yanthiqu An Al-Hawa"
Mungkin ada orang yang merasa
keberatan menerima imamah Al-Mahdi, karena ia gaib dan usianya yang yang begitu panjang.
Sampai saat ini beliau telah berusia 1164 tahun, meskipun telah banyak orang-orang yang
sebelum Al-Mahdi telah dipanjangkan umurnya, seperti Nabi Isa alaihissalam, dan
Alquran telah menyangkal dan mendustakan orang-orang Yahudi yang mengklaim telah
membunuhnya; Nabi Nuh alaihissalam telah dipanjangkan usianya lebih dari seribu
tahun; dan seandainya hidupnya Al-Masih putra Maryam masih samar bagi kita, maka usia Nabi
Nuh alaihissalam yang dikisahkan Alquran kepada kita adalah sebaik-baik saksi, bahwa
manusia ada yang hidup dalam zaman yang panjang. Di dalam hadis dan tarikh disebutkan
orang-orang yang telah dipanjangkan usianya, barangkali bisa menguatkan hal ini. Di
antaranya : Luqman bin Kaab yang dikenal dengan Al-Mustaughir 400 tahun, dia
wafat sebelum Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saww muncul, Abdulmasih bin Baqlah
Al-Ghasani lebih dari 350 tahun, Nabi Khidir alaihissalam hidup pada zaman yang
panjang, menurut kebanyakan kabar beliau sekarang masih hidup, dan Ash-habul Kahfi hidup
ratusan tahun, mereka ditidurkan Allah Azza wa Jalla di dalam gua selama 309 tahun.
-
Kesimpulan
Imam Mahdi adalah khalifah
Rasulullah yang kedua belas. Nama beliau adalah Muhammad bin Hasan Al-Askari. Beliau
dilahirkan pada tahun 255 H. Setelah ayahnya wafat (260 H), imamah pindah kepadanya sejak
itu sampai usia beliau mencapai 74 tahun. Beliau kerap kali berada di rumah ayahnya,
beliau tidak berhubungan dengan para pengikutnya atau dengan umat secara langsung
melainkan dengan perantaraan duta-dutanya yang empat dan itulah yang disebut dengan ghaibah
shugra (kegaiban kecil). Dan ketika pencarian atas beliau diperketat dan rumahnya
dikepung, beliau keluar dengan inayah Allah Azza wa Jalla sebagaimana telah terjadi
atasnya lebih dari satu kali, dan sejak beliau meninggalkan rumahnya sampai Allah
mengizinkan beliau muncul disebut ghaibah kubra (kegaiban besar).
Imam Mahdi adalah imam yang kedua
belas, dari Ahlul Bait Nabi Saww, beliau keturunan Fathimah Az-Zahra as atau
keturunan Imam Husain as. Menurut nubuwah (ramalan) Nabi Muhammad Saww beliau akan
muncul nanti untuk tampil memimpin dunia. Beliau akan memenuhi bumi ini dengan kebenaran
dan keadilan sebagaimana bumi ini telah diliputi sebelumnya diliputi oleh kezaliman dan
kesesatan. Allah akan men-zhahir-kan Islam ini dengan kemunculan beliau sekalipun
orang-orang kafir, musyrik, dan munafik membencinya.[]
-
-
Daftar Rujukan
1. Shahih Bukhari oleh
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari
2. Sunan Abi Dawud oleh Abu
Dawud
3. Al-Mustadrak ala
Al-Shahihain oleh Al-Hakim
4. Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran
oleh As-Sayyid Muhammad Husain Ath-Thabathabai
5. Sirah Al-Aimmah Al-Itsna
Asyar oleh Hasyim Maruf Al-Hasani
6. Fadhail Al-Khamsah
oleh As-Sayyid Murtadha Al-Husaini
7. Iqd Al-Durar fi Akhbar
Al-Muntazhar oleh Yusuf bin Yahya
8. Dll.
* Tulisan ini pernah dimuat pada
buletin Al-Mawaddah No. 05. Mengingat relevansinya yang kuat, redaksi memuat
kembali tulisan tersebut atas izin penulisnya dengan sedikit perubahan redaksional. Atas
izin beliau, redaksi mengucapkan banyak terima kasih.
|