Pengantar

Sya’ban merupakan bulan yang istimewa bagi kaum Muslimin. Menurut riwayat yang masyhur ada tiga imam ma’shum yang lahir pada bulan tersebut yakni Imam Husain bin ‘Ali (3 Sya’ban), Imam ‘Ali bin Husain (5 Sya’ban), dan terakhir, Imam Muhammad Al-Mahdi Al-Muntazhar (15 Sya’ban) – yang kini dalam kegaiban besar. Di dunia Sunni, malam kelahiran Imam Al-Mahdi lebih dikenal sebagai malam nishfu Sya’ban yang pada malam tersebut catatan amalan kaum Muslim dilaporkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tulisan di bawah ini jelas bukan untuk membahas itu. Namun lebih menyorot Sang Imam Ghaib yang dilahirkan pada malam tersebut. Berangkat dari teks-teks keagamaan yang ada dan bersumber pada dua jalur, Sunni dan Syi’i, penulis memadatkan keyakinan Mahdiisme pada manusia. Di luar Islam, nama Imam Mahdi dikenal dengan beberapa istilah seperti Juru Selamat, Heru Cakra, Ratu Adil serta gelar-gelar lainnya. Namun dalam Islam namanya serta nasabnya sudah dipastikan dan tidak disamarkan sehingga menghindari pemalsuan ataupun penyelewengan makna. Selamat menyimak !

Imam Mahdi : Suatu Kajian Teks*
Ust. Hasan Rahmat
Mahdi Menurut Bahasa
Mahdi artinya penunjuk jalan; pemimpin. Imam Mahdi adalah pemimpin (yang dianggap suci) yang akan datang ke dunia apabila hari kiamat hampir tiba (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990 hal. 543). Mahdi dari bahasa Arab (Al-Mahdiyy), artinya orang yang dipimpin Allah kepada kebenaran. Mahdi adalah salah satu julukan bagi imam suci yang kedua belas.
 
Imam Mahdi dalam Alquran
Di dalam Alquran yang mulia tidak terdapat ayat-ayat yang jelas dan tegas tentang imamah, khilafah, dan kepemimpinan Al-Imam Al-Mahdi ‘alaihissalam, tetapi isyarat-isyarat ke arah itu ada, misalnya, saja dalam firman-firman Allah Azza wa Jalla berikut ini :
"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya." (QS At-Taubah, 9 : 32).
"Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya," (QS At-Taubah, 9 : 33).
"Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkan-Nya atas seluruh ajaran, kendatipun orang-orang musyrik membencinya," (QS Ash-Shaff, 61: 9).
"Dia yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ajaran yang benar untuk dimenangkannya atas ajaran seluruhnya, dan cukuplah Allah sebagai saksi, " (QS Al-Fath, 48 : 28).
Kata Imam Ja’far Ash-Shadiq bahwa kemenangan Islam hingga menguasai dunia ialah pada zaman Al-Mahdi (Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran 9 : 225). Kata As-Sudi bahwa kemenangan Islam atas ajaran seluruhnya itu ialah pada masa Al-Mahdi (Tafsir Al-Fakhr Ar-Razi 16 : 42).
 
Al-Mahdi dalam As-Sunnah
Banyak hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saww tentang Al-Mahdi; tentang namanya, kun-yahnya, gelarannya, nasabnya, sifat-sifatnya, tentang apa yang akan dilakukannya, imamah dan khilafahnya, ghaibah (kegaiban) serta zhuhur (kemunculannya) dan sebagainya. Sejumlah sahabat Rasulullah Saww telah meriwayatkan hadis-hadis dari Rasulullah Saww yang berkenaan dengan Al-Mahdi seperti Imam ‘Ali as, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Abu Hurairah, Thalhah, Abu Sa’id Al-Khudri, Ummu Salamah dan lain-lain.
 
Nama dan Nasabnya serta Keadilan yang Akan Ditegakkan pada Masa Kemunculannya
Telah diriwayatkan yang sanadnya dari Ashim bin Bahdalah dari Zirrin dari Abdullah, dia telah berkata : Telah bersabda Rasulullah Saww : "Dunia tidak akan lenyap sampai seorang lelaki dari Ahli-baitku yang namanya sama denganku menguasai bangsa Arab," (HR At-Tirmidzi 2 : 36 cet. Bulaq).
"Tidak akan terjadi saat (kiamat) hingga berkuasa seorang lelaki dari Ahli-Baitku yang namanya sama dengan namaku," (Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal 1 : 376).
Sabdanya, "Akan tampil seorang lelaki dari Ahli-baitku yang namanya sama dengan namaku dan perawakannya menyerupai perawakanku lalu ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kebenaran sebagaimana sebelumnya bumi ini telah diliputi kezaliman dan kesesatan," (Hadis ini telah dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dari Ibnu Mas’ud, Kanz Al-Ummal 7 : 188).
Dari Hudzaifah, "Sesungguhnya Nabi Saww telah bersabda,"Seandainya usia dunia tinggal satu hari lagi, niscaya Allah akan memperpanjang hari itu sampai Dia membangkitkan seorang lelaki dari (keturunan) anakku yang namanya seperti namaku". Salman berkata, "Dari anakmu yang mana, wahai Rasulullah ?" Beliau bersabda, "Dari keturunan anakku ini, " sambil beliau menepukkan tangannya kepada Al-Husain as (Dakhair Al-‘Uqba).
 
Nabi Isa Turun Setelah Imam Mahdi Muncul dan Shalat Di Belakangnya
Di dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan secara implisit bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam akan turun setelah Imam Mahdi as muncul (Shahih Bukhari 2 : 256 cet. Dar Al-Fikr).
Di dalam Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal 3 : 345 telah diriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bahwa dia telah mendengar Nabi Saww bersabda, "Senantiasa segolongan dari umatku berperang di atas kebenaran mereka menang hingga hari kiamat tiba, lalu turunlah Isa putra Maryam, kemudian berkatalah pemimpin mereka (Al-Imam Al-Mahdi) : "Mari shalat (sebagai imam) bagi kami." Dia (Nabi Isa) bersabda, "Tidak, sesungguhnya engkau pemimpin bagi mereka, sungguh Allah telah memuliakan umat ini."
Di dalam Al-Shawaiq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar telah berkata : Ath-Thabrani telah mengeluarkan hadis secara marfu : ‘"Al-Mahdi akan memperhatikan ketika Isa bin Maryam telah turun seolah air menetes dari rambutnya, kemudian Al-Mahdi akan berkata : "Silakan ke depan shalat (sebagai imam) bagi manusia." Isa ‘alahissalam berkata, "Shalat telah di-iqamah-kan untukmu," kemudian dia shalat di belakang seorang lelaki dari keturunanku.’" (Al-Shawaiq Al-Muhriqah, hal. 98).
Bacalah hadis-hadis tentang Al-Imam Al-Mahdi as di dalam kitab-kitab berikut ini : Sunan At-Tirmidzi 1 : 36 cet. Bulaq; Sunan Abi Dawud di dalam kitab "Al-Mahdi"; Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal 1 : 99, 376-377, 430, 448; juz 3 : 17, 28, 98-99, 317, 345, 367, 384, dan juz 2 : 336; Shahih Ibnu Majah dalam "Abwab Al-Jihad" dan "Abwab Al-Fitan"; Al-Mustadrak 4 : 460, 463, 502, 514, 554, 557-558; Majma’ Al-Zawaid 7 : 314-317; Kanz Al-‘Ummal 7 : 189; 260-261; Shahih Muslim dalam "Kitab Al-Fitan"; Qashash Al-Anbiya hal. 554; Hilyah Al-Auliya 3 : 184; Usud Al-Ghabah 1 : 259 dan lain-lain.
 
Imamah dan Kegaibannya
Telah diriwayatkan dengan sanad sampai kepada Imam Muhammad Al-Baqir as bahwa ia telah mendengar Jabir bin ‘Abdullah Al-Anshari berkata : "Saya masuk ke rumah Fathimah Az-Zahra – ‘alaihassalam – dan di hadapannya ada sebuah papan yang memuat nama-nama para washi’ (penerima wasiat), lalu saya hitung semuanya ada dua belas nama, yang terakhir adalah Al-Qa’im (Imam Mahdi), tiga orang mereka dari mereka bernama Muhammad [yang dimaksud adalah Muhammad Al-Baqir, Muhammad Al-Jawad, Muhammad Al-Mahdi –red.], dan empat orang dari mereka bernama ‘Ali [yang dimaksud adalah Imam ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Ali bin Husain As-Sajjad, ‘Ali bin Musa Ar-Ridha, ‘Ali bin Muhammad Al-Hadi –red.], shalawat Allah semoga dicurahkan kepada mereka semua." (Sirah Al-A’immah Al-Itsna ‘Asyar 2 : 529).
Ash-Shadiq telah meriwayatkan di dalam Al-Ikmal dan kitab lainnya dari sejumlah muhadditsin terpercaya pengikut Ahlul Bait dengan sanadnya sampai kepada Al-Asbagh bin Nubatah bahwa ia telah berkata :
Saya telah datang kepada Amirul Mukminin (‘Ali bin Abi Thalib) as lalu saya melihat dia sedang bertafakkur memperhatikan bumi. Saya berkata, "Apakah Anda senang kepadanya ?" Beliau berkata, "Tidak, demi Allah, aku tidak senang kepadanya dan juga kepada dunia satu hari pun. Akan tetapi aku sedang berpikir tentang anak yang akan lahir yang kedua belas dari keturunanku. Dia adalah Al-Mahdi. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi ini telah diliputi dengan kezaliman dan ketidakadilan. Dia akan mengalami kegaiban ketika pada masa itu sebagian orang tersesat dan yang lainnya mendapat hidayah."
Saya bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, apakah ini akan terjadi ?"
Beliau berkata, "Ya, sesungguhnya dia [Al-Mahdi] akan diciptakan. Sesungguhnya aku dengan ilmu menceritakan ini kepadamu, wahai Asbagh ! Mereka [para imam] itu adalah orang-orang terbaik dari ‘itrah ini."
Saya berkata, " Apa yang bakal terjadi setelah itu ?"
Beliau berkata, ""Allah akan berbuat menurut yang Dia kehendaki." (Sirah Al-A’immah Al-Itsna ‘Asyar 2 : 528).
 
Fase Kegaiban
Imamah Al-Mahdi as dimulai sejak ayahnya wafat tahun 260 H. Ketika itu Imam Mahdi berusia empat setengah tahun. Setelah itu hingga waktu yang dikehendaki Allah terjadilah kegaiban atas beliau. Kegaiban beliau terbagi kepada dua fase : kegaiban kecil (ghaibah shugra) dan kegaiban besar (ghaibah kubra).
Selama beliau dalam kegaiban kecil, beliau berhubungan dengan para pengikutnya atas perantaraan duta-dutanya yang empat secara bergantian. Duta atau safir yang pertama adalah Utsman bin Sa’id Al-’Umari, kemudian digantikan oleh putranya, Muhammad bin Utsman Al-‘Umari. Setelah duta kedua wafat digantikan oleh duta yang ketiga yaitu Al-Husain bin Ruh An-Naubakhti dan setelah wafat, beliau lalu diganti oleh ‘Ali bin Muhammad As-Samari, dia dipilih sebagai duta terakhir. Duta yang keempat ini wafat pada 329 H, ketika usia Imam Mahdi ‘alaihissalam 74 tahun. Jadi kegaiban kecilnya berlangsung selama 69,5 tahun. Sedangkan kegaiban besarnya dimulai dari dari tahun 329 H sampai waktu yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla.
Tentang dua fase kegaiban ini Imam Ja’far Ash-Shadiq as telah berkata, "Sesungguhnya bagi yang mempunyai perintah ini (Imam Mahdi –red.) ada dua kegaiban. Salah satunya sangat panjang hingga sebagian orang berkata, ‘Dia telah wafat’, dan sebagian lagi mengatakan, ‘Dia telah pergi’, sehingga tidak tinggal atas perkaranya dari sahabat-sahabatnya melainkan sekelompok kecil," (Mizan Al-Hikmah I : 28; Bihar Al-Anwar 52 : 153).
Muhammad Al-Baqir as telah berkata, "Sesungguhnya bagi Al-Qa’im ada dua kegaiban. Dikatakan kepada salah satunya : ‘Dia telah wafat’, dan sebenarnya dia tidak diketahui pada lembah yang mana dia menempuh," (Mizan Al-Hikmah 1 : 281; Bihar Al- Anwar 52 : 156).
 
Hikmah Kegaiban
Para perawi hadis telah menyebutkan tentang kegaiban Imam Muhammad Al-Mahdi bin Hasan Al-‘Askari ‘alaihimmassalam dan sebab-sebabnya. Mereka telah meriwayatkan dari Imam Ja’far Ash-Shadiq dan dari Imam Musa bin Ja’far ‘alaihimmassalam, bahwa Allah Swt telah menyembunyikan kelahiran dan kegaibannya dari manusia agar tidak ada bai’at di pundaknya kepada seseorang, sebagaimana mereka telah meriwayatkan dari Muhammad Al-Baqir as bahwa dia telah gaib karena "takut" kepada Bani Al-‘Abbas, dan pada riwayat Abdullah bin Al-Fadhl Al-Hasyimi disebutkan : Imam Ja’far Ash-Shadiq as telah berkata ketika menjawab pertanyaan orang yang bertanya kepadanya tentang hikmah di dalam kegaibannya : "Sesungguhnya perkara ini hikmahnya tidak terbuka wajah hikmah pada apa-apa yang telah Allah berikan kepada Nabi Khidir as melainkan setelah dia berpisah dari Musa as." Kemudian Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, "Sesungguhnya perkara ini adalah perkara Allah dan rahasia ini dari rahasia-rahasia-Nya serta kegaiban ini dari kegaiban-Nya. Jika kita yakin bahwa Dia adalah Mahabijaksana, kita tentu membenarkan bahwa perbuatan-pebuatan-Nya seluruhnya pasti hikmah di dalamnya, sekalipun wajah hikmah tersebut tidak terbuka bagi kita".
Jadi masalah kegaiban Al-Mahdi itu kita kembalikan saja kepada Allah Azza wa Jalla sebagaimana disebutkan di dalam riwayat ‘Abdullah bin Al-Fadhl dari Imam Ja’far Ash-Shadiq as bahwa tidak lain kewajiban kita melainkan menerima dan menetapi (taslim dan iltizam) kepada apa yang telah ditentukan oleh kehendak-Nya.
Rasulullah Saww telah ditanya, "Apakah para pengikut Ahlul Bait akan mendapatkab manfaat dengan Al-Qa’im pada masa kegaibannya ?" Beliau menjawab, "Ya, demi Yang telah membangkitkanku dengan kenabian. Sesungguhnya mereka akan mendapatkan cahaya dengan nur wilayahnya pada masa kegaibannya itu, seperti orang-orang mendapatkan manfaat dengan matahari sekalipun terhalang awan," (Mizan Al-Hikmah 1 : 289).
Imam Muhammad Al-Mahdi as sendiri telah berkata : "...adapun dari segi mendapatkan manfaat denganku pada masa kegaibanku nanti adalah seperti mendapatkan manfaat dari di kala tidak terlihat karena tertutup awan, dan sesungguhnya aku adalah pengaman bagi penduduk bumi sebagaimana bintang-bintang sebagai pengaman bagi penduduk langit." (Mizan Al-Hikmah 1 : 289).
 
Beriman kepada Qudrah dan Iradah Allah serta Taslim kepada Sabda Nabi yang Dia "La Yanthiqu ‘An Al-Hawa"
Mungkin ada orang yang merasa keberatan menerima imamah Al-Mahdi, karena ia gaib dan usianya yang yang begitu panjang. Sampai saat ini beliau telah berusia 1164 tahun, meskipun telah banyak orang-orang yang sebelum Al-Mahdi telah dipanjangkan umurnya, seperti Nabi Isa ‘alaihissalam, dan Alquran telah menyangkal dan mendustakan orang-orang Yahudi yang mengklaim telah membunuhnya; Nabi Nuh ‘alaihissalam telah dipanjangkan usianya lebih dari seribu tahun; dan seandainya hidupnya Al-Masih putra Maryam masih samar bagi kita, maka usia Nabi Nuh ‘alaihissalam yang dikisahkan Alquran kepada kita adalah sebaik-baik saksi, bahwa manusia ada yang hidup dalam zaman yang panjang. Di dalam hadis dan tarikh disebutkan orang-orang yang telah dipanjangkan usianya, barangkali bisa menguatkan hal ini. Di antaranya : Luqman bin Ka’ab yang dikenal dengan Al-Mustaughir 400 tahun, dia wafat sebelum Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saww muncul, ‘Abdulmasih bin Baqlah Al-Ghasani lebih dari 350 tahun, Nabi Khidir ‘alaihissalam hidup pada zaman yang panjang, menurut kebanyakan kabar beliau sekarang masih hidup, dan Ash-habul Kahfi hidup ratusan tahun, mereka ditidurkan Allah ‘Azza wa Jalla di dalam gua selama 309 tahun.
 
Kesimpulan
Imam Mahdi adalah khalifah Rasulullah yang kedua belas. Nama beliau adalah Muhammad bin Hasan Al-‘Askari. Beliau dilahirkan pada tahun 255 H. Setelah ayahnya wafat (260 H), imamah pindah kepadanya sejak itu sampai usia beliau mencapai 74 tahun. Beliau kerap kali berada di rumah ayahnya, beliau tidak berhubungan dengan para pengikutnya atau dengan umat secara langsung melainkan dengan perantaraan duta-dutanya yang empat dan itulah yang disebut dengan ghaibah shugra (kegaiban kecil). Dan ketika pencarian atas beliau diperketat dan rumahnya dikepung, beliau keluar dengan inayah Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana telah terjadi atasnya lebih dari satu kali, dan sejak beliau meninggalkan rumahnya sampai Allah mengizinkan beliau muncul disebut ghaibah kubra (kegaiban besar).
Imam Mahdi adalah imam yang kedua belas, dari Ahlul Bait Nabi Saww, beliau keturunan Fathimah Az-Zahra’ as atau keturunan Imam Husain as. Menurut nubuwah (ramalan) Nabi Muhammad Saww beliau akan muncul nanti untuk tampil memimpin dunia. Beliau akan memenuhi bumi ini dengan kebenaran dan keadilan sebagaimana bumi ini telah diliputi sebelumnya diliputi oleh kezaliman dan kesesatan. Allah akan men-zhahir-kan Islam ini dengan kemunculan beliau sekalipun orang-orang kafir, musyrik, dan munafik membencinya.[]
 
 
Daftar Rujukan
1. Shahih Bukhari oleh Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari
2. Sunan Abi Dawud oleh Abu Dawud
3. Al-Mustadrak ‘ala Al-Shahihain oleh Al-Hakim
4. Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran oleh As-Sayyid Muhammad Husain Ath-Thabathaba’i
5. Sirah Al-A’immah Al-Itsna ‘Asyar oleh Hasyim Ma’ruf Al-Hasani
6. Fadha’il Al-Khamsah oleh As-Sayyid Murtadha Al-Husaini
7. ‘Iqd Al-Durar fi Akhbar Al-Muntazhar oleh Yusuf bin Yahya
8. Dll.
* Tulisan ini pernah dimuat pada buletin Al-Mawaddah No. 05. Mengingat relevansinya yang kuat, redaksi memuat kembali tulisan tersebut atas izin penulisnya dengan sedikit perubahan redaksional. Atas izin beliau, redaksi mengucapkan banyak terima kasih.