Ide Tentang Keabadian Irshaad Husain* |
Dalam
al-Quran suci, ketika berbicara mengenai manusia, Allah Swt berfirman : "Sungguh
manusia diciptakan senantiasa berkelukesah" (QS. 70:19). Alasan bagi keadaan setiap
manusia yang berkelukesah, tidak merasa puas dan kecemasan yang dihadapinya terus-menerus
ini adalah karena Allah telah menempatkan dalam hati manusia suatu ide tentang keabadian,
tentang kemutlakan. Mungkin manusia tidak dapat menangkap artinya secara utuh tetapi ia
senantiasa ada sebagai suatu getaran dalam wujudnya. Dan sepanjang ide ini mewujud tanpa
di sadari dan tanpa suatu jalan keluar dia tidak akan dapat memperoleh keadaan puas dan
cukup.Manusia
senantiasa mengharapkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri, dia senantiasa ingin
memperoleh lebih dan lebih
. lebih kaya, lebih berkuasa, lebih senang
adalah
hasil dari getaran terhadap keabadian, terhadap kemutlakan. Ini mewakili sebuah jenis
penyimpangan dari nafsu yang ada dalam diri setiap manusia, untuk bergerak kepada Allah,
yang mencukupi segala yang ada. Tetapi tanpa "Taqwaa", tanpa perhatian pada
sebuah kesadaran Ilahi, ide keabadian ini yang tertanam dalam hati manusia dapat
menuntunnya kepada suatu tuntutan untuk mendapatkan segala sesuatu yang salah dan
menyalahi aturan Ilahi yang telah digariskan-Nya.
Nabi yang paling mulia Saww.
(semoga Allah senatiasa merahmatinya) telah memberikan perbandingan antara hati manusia
dengan selembar bulu yang terombang-ambing kesana kemari oleh tiupan angin dan sinar yang
menyilaukan, Beliau membicarakan tentang hati yang tidak tertuntun, dari manusia yang
tidak mempunyai petunjuk yang benar. Manusia yang berkeluh-kesah dan cemas karena hatinya
mengharapkan keabadian dan dengan demikian tidak akan pernah terpuaskan dengan hal-hal
yang bersifat sementara. Bagaimanapun tanpa tuntunan Ilahiyyah keluh-kesah ini menjadi
tidak terarah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an,"
dia mengikuti nafsunya
sendiri dan condong kepada dunia." Sehingga hati manusia itu seperti karang.
Al-Qur'an menyatakan bahwa ia
diturunkan ke dalam hati nabi sebagai penuntun bagi segenap umat manusia dan bahwa Nabi
Saww., adalah orang yang hatinya benar-benar sempurna menghayati al-Qur'an secara sempurna
dan mendalam dan merupakan suatu rahmat bagi semua umat manusia,. Ini dikarenakan, melalui
beliau, melalui al-Qur'an dan contohnya, umat manusia diberikan tuntunan arah yang benar
dan mendapatkan cetak biru terakhir (gambaran yang utuh) akan kesempurnaan manusia. Dengan
adanya al-Qur'an sebagai mukjisat Nabi Saww yang kita bisa lihat sekarang ini.
Beliau datang untuk memberikan
arahan secara terus-menerus kepada ide tentang keabadian, ini yang secara alami terdapat
dalam hati manusia tetapi dapat menggelincirkan manusia kepada "jahiliyyah"
(akal yang tidak mendapat petunjuk dan lalai) bukannya kepada Allah jika hal ini tidak
diberikan arah yang benar. Dengan demikian, Islam adalah bukanlah sebuah sistem yang
tunduk kepada kehidupan, seperti sebuah jaket pelindung, tetapi Islam adalah hidup itu
sendiri, diarahkan dengan dituntun dan diberi makna secara terus menerus menuju arah
(qiblat) yang benar. Dan ini adalah tugas Nabi suci saww. Untuk mengembalikan hati manusia
menuju kiblat yang sejati.
Al-Qur'an menggambarkan Islam
sebagai perluasan dari hati (suatu perluasan dari dada manusia). Maka inilah Islam
(ketundukan) kepada kehendak Allah yang merubah hati. Ini adalah kerangka kerja dari
ketundukan yang mengembalikan kecondongan hati menjauh dari duniawi kepada Allah, dan ang
menyiapkan arah bagi ide keabadian yang berada dalam diri manusia. Akan hari kebangkitan
yang abadi.
Kerangka kerja menuntun hati dan
hati menggerakkan manusia kepada aktivitas. Tanpa adanya suatu ketundukan ini untuk
menggerakkannya, agama adalah hanya merupakan suatu ritual belaka. Ini adalah sebab
mengapa pernyataan niat dengan sadar sebelum melakukan kegiatan ritual apapun adalah
sangat penting dalam Islam dan sangat dianjurkan melakukan dengan niat yang baik dan
benar. Setiap pernyataan niat setara dengan keyakinan aqidah ketundukan dan bahkan sekali
ini terlaksana maka akan menyediakan suatu ritual sebagai dasar untuk melatih diri secara
umum dan aktivitas yang kuat merupakan dasar dari suatu penyelesaian keyakinan.
Nabi yang paling mulia Saww.
(semoga Allah senatiasa merahmatinya) adalah media perantara yang mana di dalam Islam Nabi
Saww. telah menyatakan dirinya sebagai Nabi terakhir.
Nabi Saww adalah media perantara
untuk membangun sebuah masyarakat yang patuh kepada Allah Swt.
Dan akhirnya, Nabi Saww. merupakan
contoh di dalam spiritual dan inspirasi akhlak, dan kelanjutan dari inspirasi tersebut
adalah perjuangan untuk merubah seluruh manusia - kecenderungan untuk merubah pada hati
manusia.
Keadaan seperti ini merupakan
kepercayaan kepada Allah pada diri Nabi Saww, dan ini, dalam keyakinan penuh beliau, Nabi
Saww. merupakan wakil Tuhan di Dunia.[] |