BULETIN AL-JAWAD [edisi ke-18/tahun XI/dzulhijjah 1422 hijriah]

  Isi Buletin :

  1. Ulama Su'

  2. Rahbar : Iran Siap Balas Serangan Apapun

  3. Wasiat Imam Musa Al - Kadzim

ULAMA SU’
Ustadz Husein Alkaff

Dalam kesempatan ini saya akan membacakan beberapa ayat dan hadis yang berkenaan dengan ulama su', ulama fasik, ulama yang merusak akhlak manusia dan menjual agama Allah Swt. untuk kepentingan materi dan dunia. Terdapat beberapa ciri dari mereka yang secara langsung maupun tidak disitir oleh al Qur'an dan hadis, diantaranya adalah ayat yang berbunyi;
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang Allah turunkan berupa kitab, dan yang membelinya dengan harga yang murah, mereka tidaklah memakan dalam perutnya kecuali api. Dan Allah tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat dan tidak pula Allah membersihkan mereka. Dan bagi mereka siksaan yang pedih.” ( al Baqarah 174 ) 
Ayat ini dengan tegas menyebutkan bahwa orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan dari kitab Allah Swt. atau orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi tidak menyampaikannya, mereka sebenarnya telah mempersiapkan dirinya untuk menghuni neraka. Rezeki yang mereka terima dengan cara itu adalah rezeki yang haram. Mereka mengisi perut mereka dengan api. Demikian pula halnya, orang-orang yang menjual kitab Allah Swt. dengan harga yang murah. . Yang dimaksud dengan api di sini adalah api neraka. Dan nanti pada hari kiamat, Allah Swt. tidak akan berbicara dengan mereka dan tidak pula Allah membersihkan mereka. 
Kemudian pada ayat yang lain dari surat At-Taubah ayat 34, Allah Swt. Berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya kebanyakan dari para rabi dan pendeta telah makan harta-harta manusia secara batil, dan mereka mencegah jalan Allah Swt.” Ayat ini selain mempunyai pengertian dan penafsiran yang dalam dan luas, juga mempunyai latar belakang diturunkannya ( asbabun nuzul ). 
Salman al Farisi, seorang sahabat setia Nabi Muhammad saw., sebelum berjumpa dengan Nabi Saww. mengadakan perjalanan yang sangat
panjang untuk mencari kebenaran (Nabi akhir zaman) dan mengalami perpindahan dari satu agama ke agama yang lain. Salah satu agama yang pernah beliau ikuti adalah agama nashrani. Beliau untuk beberapa waktu mendampingi seorang pendeta dan beliau tinggal di gereja bersamanya. Beliau mendapatkan pendeta itu di siang hari berpidato tentang nilai-nilai kristiani dan meminta bantuan kepada jemaahnya untuk mendermakan hartanya. Namun setelah harta itu terkumpul diambilnyalah harta itu untuk kepentingan pribadinya sendiri. 
Melihat kenyataan seperti itu, Salman segera meninggalkan pendeta dan gereja itu. Lalu beliau bertualang mencari Nabi akhir zaman yang diceritakan oleh pendeta itu. Akhirnya beliau dengan bantuan Allah Swt. berjumpa dengan orang yang dicari, yaitu sosok Nabi Muhammad Saww. Beliau tidak segera mempercayai kenabiannya kecuali setelah bukti-bukti kenabian benar-benar ada pada pribadi Rasulullah Saww. Keimanan dan kecintaan Salman, karena ilmunya yang tinggi, menyebabkan beliau dianggap sebagai keluarga Nabi Saww. “ Salman temasuk dari keluarga kami “ (Salman minna ahlal bait ).
Kisah tadi termasuk yang dimaksud oleh ayat tersebut di atas. Tentu ayat ini berlaku pula bagi ulama Islam, yang berbicara atas nama Islam dan menyampaikan pesan-pesan suci dari wahyu, namun pada saat yang sama mereka memakan harta manusia dengan cara yang tidak benar. Keberadaan mereka di tengah umat Islam berbahaya dan merugikan, karena perkataan dan perbuatan mereka membuat umat tersesat dan jauh dari kebenaran, dan mereka sendiri sebelum yang lain tersesat telah jauh dari kebenaran. 
Ada beberapa hadis dari para ma'shumin as. Yang menjelaskan tentang ciri-ciri ulama su', diantaranya; Imam Musa Al-Kadzim as. pernah bersabda kepada salah seorang muridnya bernama Hisyam, “Wahai Hisyam Allah telah memberikan wahyu kepada Daud as., Katakanlah wahai Daud kepada hamba-hambaku, janganlah mereka menjadikan antaraKu dengan mereka seorang alim yang tertipu oleh dunia. Orang alim yang terpedaya oleh dunia akan mencegah atau menghalangi manusia dari ingat kepadaKu, dan akan mencegah jalannya kecintaan kepadaKu dan bermunajat denganKu. Mereka adalah para penyamun jalanan bagi hamba-hambaKu. Gara-gara mereka, manusia manusia tidak cinta kepada Allah Swt.” Kata Allah ta'ala, “Perbuatan yang paling rendah yang Aku lakukan kepada mereka adalah, Aku mencabut dari mereka manisnya cinta dan munajat kepadaKu “. 
Lezatnya cinta dan munajat kepada Allah Swt. adalah akibat yang paling kecil yang dialami para ulama su'. Dikatakan dalam hadis tadi bahwa karena ulah mereka banyak dari manusia tidak tertarik dengan ajaran Islam dan membenci Islam. Dengan demikian, merekalah yang bertanggung jawab atas jauhnya manusia dari kebenaran. 
Ciri yang kedua adalah mencari ilmu untuk tujuan dunia. Nabi saw. bersabda : “Barang siapa mencari ilmu untuk dunia (artinya untuk materi) dan kedudukan di tengah manusia dan mencari di hadapan penguasa, maka dia tidak akan mendapatkannya kecuali dia merasa dirinya hebat, senantiasa akan meminta kepada manusia, akan terkena penyakit ghurur, dan makin keras hatinya dalam menjalankan agama Allah Swt.” 
Orang yang mencari ilmu untuk tujuan dunia dan mencari kedudukan di tengah manusia, serta mencari muka di hadapan penguasa, akan mengakibatkan empat perkara; pertama, dia akan menganggap dirinya hebat. Padahal dalam banyak hadis ( kira-kira begini bunyinya ), Barang siapa menganggap dirinya hebat atau besar, maka Allah akan mengecilkannya. Kedua, senantiasa meminta kepada manusia, misalnya minta dihargai. Ketiga, akan terkena penyakit ghurur, Merasa dirinya hebat dan besar, maka segala bentuk nasihat dari orang lain tidak akan diterima, seperti Iblis yang menganggap dirinya besar, ketika Allah Swt. memerintahkan untuk bersujud di hadapan Adam, dia enggan. Keempat, hatinya makin keras sehingga berat untuk melaksanakan agama Allah Swt. 
Ciri yang ketiga adalah merasa dirinya alim. Nabi saw. pernah bersabda : “Barang siapa berkata, saya alim sebenarnya dia bodoh (jahil).” 
Kemudian ciri yang keempat adalah menyimpan ilmu atau menyembunyikan ilmu. Nabi saw. bersabda: “Barang siapa menyembunyikan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat, maka Allah akan mencambuknya pada hari kiamat dengan cambuk dari api neraka.” 
Apakah menyembunyikan ilmu sama dengan tawadhu? Tentu berbeda. Tawadhu adalah sifat yang terpuji sebagai lawan dari takabbur. Tawadhu itu bukan berarti tidak mau mengajar, tidak mau menulis atau menyebarkan ilmu. Tawadhu itu sifat hati, artinya dia merasa dirinya tidak tahu apa-apa. Ketika dia tampil sebagai penceramah untuk menyampaikan ilmunya, tidak menganggap dirinya pandai. Tawadhu itu bukan dalam tindakan, misalnya diam saja terhadap kesalahan berpikir orang lain. Boleh jadi seorang diam saja, tetapi dia punya anggapan bahwa dia ini pandai dan lebih baik dari yang lain. Bersifat tawadhu itu tidak mesti dicirikan dengan fisik. Yang mengetahui seseorang itu tawadhu atau tidak adalah Allah Swt. Oleh karena itu, kita tidak bisa mencap orang yang mengajar itu tidak tawadhu. Bisa jadi seorang yang mengajar, pada saat yang sama, dia tawadhu juga. Dan sebaliknya, orang yang tidak mau mengajar, pada saat yang sama, dia takabbur juga. Tentunya kita tidak boleh su'udzon (berburuk sangka) terhadap seseorang, baik yang mau mengajar maupun yang tidak mau mengajar. 
Jadi yang dikecam oleh Islam adalah orang yang menyembunyikan ilmunya. Cuma masalahnya apakah semua yang diketahui seseorang harus disampaikan. Tidak semua yang diketahui itu harus disampaikan. Seorang ulama harus pandai-pandai melihat situasi dan kondisi para audiensnya. Salman al-Farisi setelah Nabi meninggal beliau tidak menyampaikan semua yang diketahuinya, karena tidak adanya orang yang siap menerimanya. Setiap ilmu ada tempatnya. Setiap tempat membutuhkan ilmu tertentu. Dalam menyampaikan ilmu perlu kearifan dan kebijakan. Oleh karena itu, dalam banyak hadis digandengkan antara ilmu dan kebijakan ( al hilm ). Ada orang yang berilmu, tetapi tidak bijaksana. Apa yang ketahuinya disampaikan tanpa melihat situasi, sehingga akhirnya jadi fitnah. 
Nah, menjadi orang yang berilmu itu mudah, asal ada kemauan untuk belajar. Tetapi menjadi orang yang bijak ( halim ) tidaklah mudah. Mengapa demikian ? karena ilmu sebagai ilmu hanya bagian dari aktivitas akal saja. Ketika seseorang mau belajar dan berpikir serta mempunyai kecerdasan yang standar, tidak bodoh, maka dia mudah untuk menambah wawasannya. Namun al hilm, bagian dari akhlak yang mulia. Pada diri para Nabi dan Imam ilmu dan hilm selalu beriringan. Mereka paling pandai kapan mesti berbicara begini atau kapan tidak berbicara. Orang yang berilmu dan halim itu adalah orang yang beruntung dan bahagia di dunia dan di akhirat. Jadi ilmu dengan kearifan itu harus bergandengan, karena ilmu tanpa kearifan menjadi bencana bagi umat.
Kemudian ciri yang kelima sebegaimana yang dikatakan oleh Imam Ali as., “ Dia hidup dari baitul mal tapi meninggalkan tugas ”. Selanjutnya Imam Ali as. berkata : “ Isa bin Maryam pernah berkata kepada para sahabatnya, Celaka kalian, wahai ulama su', kalian mengambil upah, mengambil hak 
Kemudian ciri ulama su' yang lainnya adalah mencari makan dengan agamanya. Imam Ali as. mengatakan : “Orang yang mencari makan dengan agamanya, maka bagiannya dari agama adalah apa yang dia makan.” 
Ala kullihal, setelah kita ketahui tadi tentang ciri-ciri ulama su', kita juga tidak boleh gegabah atau begitu saja berburuk sangka kepada ulama. Artinya yang mengetahui ulama itu adalah ulama su' misalnya mencari makan dengan agamanya, adalah Allah Swt dan ulama itu sendiri. Kecuali terang-terangan dia mengatakan bahwa saya mau ceramah kalau dibayar sekian, atau dia mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram demi kepentingan penguasa dan pihak tertentu.[] 

 

RAHBAR : IRAN SIAP BALAS SERANGAN SIAPAPUN

Berdasarkan visinya yang menolak semangat ambisius dan pantang merunduk di depan dominasi asing, bangsa Iran tidak akan pernah memulai perang. Akan tetapi, jika pihak yang mencoba mengusik bangsa ini, maka bangsa ini akan membalasnya dengan balasan yang sengit dan menjerakan pelaku. Demikian Rahbar saat ditemui para komandan dan pegawai angkatan udara Republik Islam Iran Kamis 7 Februari 2002. 
Dalam pertemuan menjelang tanggal 19 Bahman 1380 Hijriah Syamsiah (kalender nasional Iran), yaitu hari peringatan sumpah setia angkatan udara Iran kepada Imam Khomaini pada tahun 1978, Rahbar menyerukan kepada segenap rakyat dan angkatan bersenjata Iran agar bersatu, waspada, dan siaga penuh di depan konspirasi dan agresi musuh. Saat menyinggung kegusaran para pejabat AS terhadap kebencian bangsa Iran kepada mereka, Rahbar menegaskan, "Bukan hanya bangsa Iran yang membenci pemerintah AS, tetapi semua masyarakat dan bangsa-bangsa dunia. Mereka semua menganggap pemerintah AS sebagai regim yang arogan, pengguna kekerasan, dan pendusta." Rahbar menambahkan, "Bangsa Iran sangat membenci negara yang suka campur tangan, ambisius, dan rajin bicara soal HAM, kebebasan, demokrasi tetapi mendukung regim Israel yang sepenuhnya anti HAM, serta tidak mengindahkan HAM para tahanan Afganistan." Lebih lanjut Rahbar menyinggung adanya slogan-slogan manipulatif tentang pembelaan nilai-nilai HAM, kebebasan, dan demokrasi yang dikumandangkan negara-negara besar. "Tujuan utama negara-negara ambisius dalam mengundangkan slogan-slogan ini ialah mengembangkan dominasinya terhadap dunia dan memenuhi interes ilegalnya di bawah bendera slogan-slogan bohong. Namun logika seperti ini di dunia sekarang sudah bangkrut dan tidak bisa diterima." Ungkap Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran ini menyebut sejarah 40 silam dominasi AS terhadap berbagai negara dunia serta dukungannya kepada regim-regim diktator, korup, dan dependen semisal regim Syah Pahlevi adalah indikasi jelas kebohongan slogan-slogan tentang HAM dan demokrasi tersebut. Rahbar menandaskan, "Impian AS agar rakyat Iran yang besar dan pemerintah Iran yang berbasiskan kerakyatan akan menjadi seperti negara-negara boneka yang siap menjalankan politik-politiknya adalah harapan yang absurd dan mustahil menjadi kenyataan.” Rahbar menyebut bangsa Iran sebagai pengibar bendera Islam dan penyeru kemerdekaan di dunia. Spirit resistensi dan pantang menyerah yang dimiliki rakyat Iran di depan kekuatan-kekuatan besat sejak awal revolusi Islam dipastikan Rahbar sebagai faktor permusuhan kekuatan-kekuatan ambisius dunia terhadap Iran.

WASIAT IMAM MUSA AL-KADZIM

Kepada Sebagian Putra-Putranya
Wahai anakku, hendaknya engkau yakin bahwa Allah melihatmu ketika hendak bermaksiat sehingga dapat mencegahmu melakukannya. Hendaknya engkau yakin bahwa Allah mencarimu dalam ketaatan yang Ia memerintahkannya dan hendaknya engkau berusaha dengan sungguh-sungguh.
Janganlah engkau mengeluarkan dirimu dengan bermalas-malasan dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah karena sesungguhnya Allah tidak disembah melainkan harus dengan sebenar-benar ibadah kepada-Nya.
Hendaknya engkau menjauhi senda gurau karena sesungguhnya senda gurau dapat menghilangkan cahaya imanmu dan merendahkan kepribadianmu. Hindarilah kecemasan dan jauhilah kemalasan karena keduanya dapat menghalangi kebahagiaanmu di dunia dan akhirat.
Kepada Sebagian Pengikutnya
Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah kebenaran karena ia dapat mencelakakanmu namun sesungguhnya ia pun dapat menyelamatkanmu. Bertakwalah kepada Allah dan tolaklah kebatilan karena ia dapat menyelamatkanmu namun sesungguhnya ia pun dapat mencelakakanmu.
Gembirakanlah diri kalian dengan kenikmatan dunia yang halal yang kalian sukai, janganlah kalian merobek penjagaan diri dan melampaui batas. Mintalah pertolongan dengan itu dalam urusan agama karena sesungguhnya ada hadis berbunyi,”
Bukan golongan kami orang yang meninggalkan dunia karena agamanya atau meninggalkan agama karena dunianya.”
Perdalamlah ilmu fiqih dalam agama karena sesungguhnya ilmu fiqih merupakan kunci pembuka penglihatan batin, penyempurna ibadah, penyebab menuju kedudukan mulia serta merupakan tingkatan tinggi dalam agama dan dunia. Keutamaan ahli fiqih dari ahli ibadah bagaikan keutamaan matahari atas bintang-bintang. Barangsiapa yang tidak mendalami ilmu fiqih dalam agamanya maka Allah tidak meridhai amalannya. 
Dari Kitab Aimmatuna oleh Indra Yuniar, S.S.

 


index buletin