Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Uzma Sayid Ali
Khamenei Ahad 1 Oktober kamarin menegaskan bahwa Republik Islam Iran mendukung penuh hak
bangsa Palestina. Saat ditemui sejumlah pejabat Gerakan Perlawanan Islam Palestina (HAMAS)
Rahbar menegaskan bahwa gerakan rakyat Palestina belakangan ini membuktikan kesadaran
generasi muda Palestina dan berlanjutnya intifadah. Infidah adalah gerakan kebangkitan
rakyat Palestina yang bergolak melawan kaum Zionis di dalam Palestina pendudukan sejak
kasus pembunuhan sejumlah warga Palestina oleh orang-orang Zionis pada 1987.
Gerakan intifadah yang juga disebut-sebut sebagai
revolusi batu terlaksana dalam bentuk demo ke jalan-jalan oleh para pemuda
Palestina serta serangan mereka terhadap tentara Israel dengan melemparkan batu. Gerakan
ini terilhami oleh peristiwa kemenangan revolusi Islam di Iran. Karena apa adanya, gerakan
ini cepat merebak di kalangan pemuda Palestina yang sudah dilumuri kebencian kepada Rezim
Penjajah Israel. Intifadah terus merebak sementara para pemimpin Israel dan bahkan para
pemimpin PLO sendiri yang sangat permisif di depan Israel tidak tahu persis esensi gerakan
rakyat ini. Karena itu mereka pasif menyaksikan intifadah. Tak lama setelah bangkitnya
gerakan intifadah, bermulalah proses perdamaian antara PLO dan Tel Aviv yang awalnya
dilakukan secara terselubung kemudian ditampilkan secara terbuka di Oslo pada tahun 1993.
Proses ini menguatkan dominasi rezim Zionis sementara pemerintahan Yaser Arafat yang
sebenarnya rapuh rela diserahi bagian yang sangat kecil dari bumi Palestina. Berbeda
dengan Arafat dan kroninya, rakyat Palestina tetap menginginkan pembebasan Palestina
secara keseluruhan, terutama Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha, dari cengkraman Zionis.
Di lain pihak, rezim Tel Aviv sama sekali tidak
menunjukkan komitmennya kepada janji-janjinya sendiri kendati sangat terbatas dalam
masalah berdirinya negara Palestina merdeka. Sebabnya, menurut penegasan Rahbar saat
ditemui para pimpinan HAMAS, justru dengan cara ini kaum Zionis ingin menggertak dan
mamadamkan harapan bangsa Palestina.
Kedatangan Ariel Sharon, Pemimpin Partai Likud di
Israel, ke Masjidil Aqsha yang merupakan tempat suci umat Islam Kamis 28 September lalu
dinilai para pengamat sebagai upaya kaum Zionis memperlihatkan dominasi mereka terhadap
Baitul Maqdis agar rakyat Palestina frustasi dalam masalah pembentukan negara merdeka
Palestina. Sebab, dengan begitu rakyat Palestina akan beranggapan sedemikian kuatnya kaum
Zionis sehingga bisa memasuki wilayah suci yang bukan hak mereka. Namun, tak seperti yang
diharapkan kaum Zionis semisal Ariel Sharol yang berlumuran dosa dalam kasus pembunuhan
massal di kamp pengungsi Sabra dan Shatila, Lebanon, pada tahun 1982, tindakan mereka
justru membangkitkan gerakan intifadah baru. Rahbar menegaskan, gerakan intifadah baru
yang dalam empat hari terakhir telah mempersembahkan jiwa 35 syuhada dan lukanya ratusan
rakyat Palestina lainnya demi cita-cita Palestina tidak akan terpadamkan oleh gertakan dan
peluru kaum Zionis, dan suatu saat nanti bumi Palestina akan kembali ke pangkuan bangsa
Palestina.